Jangan Sia-siakan Momentum Ramadhan

Hanya dalam hitungan beberapa hari ke depan, umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Aceh, akan kedatangan suatu bulan istimewa yang sangat sangat dinanti-nantikan oleh orang yang beriman yaitu bulan suci Ramadhan 1437 H.

Setelah sekian lama berpisah, kini Ramadhan kembali akan hadir di tengah-tengah kita. Bagi seorang muslim, tentu kedatangan bulan Ramadhan akan disambut dengan rasa gembira dan penuh syukur, karena Ramadhan merupakan bulan maghfirah, rahmat dan menuai pahala serta sarana menjadi orang yang muttaqin.

Karenanya, sudah sepatutnya kita mempersiapkan diri agar bisa memanfaatkan segala keistimewaan tersebut, sehingga momen bulan suci ini tidak menjadi sia-sia karena kelalaian kita yang terlalu sibuk menghabiskan waktu untuk urusan dunia. Keistimewaan Ramadhan juga merupakan satu-satunya bulan yang disebutkan Allah dalam Alquran.

Demikian disampaikan Ustaz Ir. H. Faizal Adriansyah M.Si, mubaligh kondang di Banda Aceh saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (1/6) malam.

“Jangan sampai kita yang masih diberi umur oleh Allah Swt, menyia-nyiakan kesempatan dan momentum bulan Ramadhan dengan berbagai fasilitas di dalamnya. Sangat banyak orang yang sudah meninggal dunia, sekarang ini sangat menyesal di dalam kuburnya karena dulu waktu hidup tidak memanfaatkan bulan Ramadhan untuk meraih ampunan Allah. Sehingga sekarang mereka ingin kembali lagi ke dunia, tapi tak ada kesempatan lagi,” ujar Ustaz Faizal Adriansyah.

Kepala PKP2A IV Lembaga Administrasi Negara (LAN) Aceh‎ ini menambahkan, secara garis besar, ada dua golongan utama manusia dalam menyongsong bulan Ramadhan, tergantung pada derajat keimanannya. Golongan pertama merasa gembira dan bersuka cita dengan kedatangan bulan mulia ini, bahkan jauh-jauh hari menanti dan merindukannya.

Golongan ini bahagia dengan kedatangan bulan Ramadhan karena hal-hal yang bersifat ukhrawi, seperti kenikmatan berpuasa dan melaksanakan amal ibadah, dilipangandakannya pahala kebaikan, dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka, syeitan terbelenggu, serta hadirnya lailatul qadar.

Inilah golongan orang-orang yang beriman, yang yakin akan keutamaan bulan Ramadhan, dan yakin dengan janji Allah SWT. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan selalu diikuti dan dilakukan oleh para sahabat dan salafus saleh.

Golongan kedua, yang merasa sengsara, risau dan resah dengan datangnya bulan Ramadhan. Puasa dianggap beban yang menyebabkan berkurangnya waktu untuk mencari dunia, melemahnya tenaga untuk bekerja, menurunnya omset bisnis, bertambahnya pengeluaran rumah tangga, naiknya harga-harga, dan lain sebagainya. Kedatangan Ramadhan juga menyebabkan orang yang kering imanya tidak bisa lagi bebas makan minum serta memperturutkan hawa nafsu duniawinya.

Golongan ini, walaupun berpuasa namun terpaksa, karena malu dengan lingkungannya. Puasanya hanya sebatas menahan lapar dan dahaga, serta jauh dari keikhlasan. Puasa seperti itu adalah sia-sia, karena tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, selain lapar dan dahaga saja.
‎
“Dimana-mana menjelang Ramadhan kita selalu melihat dan mendengar kata-kata “Marhaban Ya Ramadhan lewat spanduk, tayangan televisi dan siaran radio, tapi sejauh mana kita tulus dan ikhlas dalam menyambut Ramadhan apakah hanya sebatas ucapan di mulut saja.‎ Mari kita tanyakan pada diri sendiri, termasuk golongan yang manakah kita? Yang gembira atau sengsara. Jawaban yang jujur dari pertanyaan ini mencerminkan bagaimana derajat keimanan kita,” jelas Ustaz Faisal yang juga Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia ( IAGI) Wilayah Aceh.

Dijelaskannya, Ramadhan juga bulan kasih sayang Allah kepada umat Islam yang berlumuran dosa untuk diberi ampunan setahun sekali. Ia juga mengibaratkan ‎‎Ramadhan ini seakan-akan juga adalah rahim yang universal.

“Kita ini kan sudah berlumuran dosa. Maka kita disuruh masuk lagi ke dalam rahim sewaktu kita dulu suci. Ketika bayi lahir tidak ada yang membawa dosa, itu keyakinan agama kita, agama lain mengatakan tiap bayi lahir membawa dosa maka harus ada penebus dosa. Islam tidak, semua kelahiran fitrah. Maka kita kemudian berlumuran dosa dengan berbagai prilaku hidup kita sepanjang di dunia ini, lalu Allah dengan kasih sayangnya setiap tahun mendatangkan bulan Ramadhan sebagai pensuci kita. Rahim yang penuh dengan kasih sayang, siapa yang mau yang disucikan masuklah dia ke dalam rahim itu,” ungkapnya.
‎
Salah satu rukun Islam yaitu berpuasa di Bulan Ramadhan. Berpuasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan sejak matahari terbit sampai terbenam, hal-hal yang membatalkan puasa bukan hanya yang bersifat lahir saja (makan, minum dan lain-lain) juga yang bersifat batin seperti tidak bisa menahan amarah dan sifat-sifat negatif lainya yang batin. Selama bulan puasa juga sangat dianjurkan banyak membantu, bersedekah, berzikir dan amalan-amalan positif lainya dengan imbalan pahala yang berlipat-lipat.

“Jika Ramadahan ini dijalankan sebagaimana harusnya bulan Ramadahan, artinya banyak sekali energi positif yang dikeluarkan oleh setiap individu terhadap lingkungan sekitarnya (bumi, udara, pepohonan, lingkungan sekitar), maka secara otomatis lingkungan yang ada di sekitar kitapun akan memberi respon positif juga, seperti halnya air menangkap respon dari lingkungan sekitarnya, dengan demikian Ramadhan dinamakan bulan berkah (bulan penuh kebaikan) sangat logis dan masuk akal, mari kita jadikan Ramadhan sebagimana seharusnya Ramadahan sehingga banyak memberikan energi positif bagi ligkungaan sekitar,” sebutnya.
‎
‎Pada pengajian tersebut, Ustaz Faizal Adriansyah, juga mengimbau umat Islam Aceh untuk mengisi waktu-waktu Ramadan dengan penuh ketaatan. Tidak hanya di awal-awal Ramadhan saja, tapi teruslah pertahankan ibadahan secara maksimal seperti berzikir, baca Alquran, qiyamul lail dan lainnya hingga akhir puncak Ramadhan di sepuluh terakhir saat kita dibebaskan dari api neraka.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads