Pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan III tahun 2015 dengan Migas tumbuh negatif sebesar 0,38 persen, sementara tanpa migas tumbuh sebesar 4,09 Persen. Hal ini berbeda sekali dengan triwulan III tahun-tahun sebelumnya yang memiliki tren pertumbuhan positif, misalnya pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan III tahun 2014 lalu bisa mencapai angka 2,16 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Hermanto mengatakan pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 2015 terjadi hampir pada seluruh lapangan usaha kecuali pertambangan, indsutri pengolahan dan konstruksi.
Menurutnya, jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi yang mencapai 11,75 persen, diikuti jasa pendidikan 11,6 persen dan administrasi pemerintahan 11,01 persen.
Dikatakan Hermanto, struktur perekonomian Aceh jika dilihat menurut lapangan usaha pada triwulan III tahun 2015 masih didominasi oleh tiga lapangan usaha masing-masing, pertanian, kehutanan dan perikanan (29,7 persen), perdagangan besar eceran dan reparasi mobil– sepeda motor (15,5 persen ) serta kontruksi sebesar 9,04 persen.
Lebih lanjut Hermanto menjelaskan, ekspor luar negeri mengalami penurunan yang cukup tinggi hingga mencapai 30,71 persen. Penurunan ekspor luar negeri tersebut disebabkan oleh ekspor barang yang disebabkan oleh berhentinya beroperasi PT Arun NGL.
”Pemerintah tetap harus menggerakkan kembali dana APBA dan APBN, harus dimaksimalkan kembali, APBN juga berpengaruh, artinya yang terkait dengan APBN dan APBA disegerakan,”ujarnya.
Sementara itu menurut Hermanto, struktur perekonomian Aceh triwulan III 2015 secara q to q masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,05 persen dengan migas dan 2,79 persen tanpa migas. Jika dilihat dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa keuangan sebesar 9,48 persen, sementara dari sisi pengeluaran disebabkan oleh komponen ekspor luar negeri sebesar 133,08 persen.
Hermanto menambahkan kekuatan pertumbuhan ekonomi Aceh terletak pada pemerintah dan rumah tangga, menurutnya pada triwulan III ini serapan APBA sudah lebih baik dari triwulan sebelumnya, ”Sehingga, APBA tidak berpengaruh terhadap melambannya pertumbuhan ekonomi Aceh,”lanjutnya.
Kepada pemerintah, Hermanto meminta agar pertumbuhan ekonomi Aceh dengan memperhitungkan migas sudah harus dikeluarkan, karena migas sudah bukan lagi sumber ekonomi yang potensi.
Sementara itu bedasrkan data BPS Aceh menunjukkan dari sepuluh provinsi di pulau Sumatera hanya dua provinsi yang mengalami pertumubahn negatif, maisng-masing Aceh dan Riau.


