Pengetahuan tentang kebencanaan harus diperkuat dalam bahan ajar baik ditingkat sekolah maupun universitas, hal itu dianggap penting guna mempersiapkan generasi Aceh yang siap siaga menghadapi bencana.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh sebagai salah satu Universitas kebanggan masyarakat Aceh diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut, mengingat Aceh merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat rawan terhadap bencana.
Hal demikian disampaikan anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Bardan Sahidi pada diskusi dengan tema “Peran pemuda dalam penanggulangan bencana di Aceh dan Jepang” akhir pekan lalu.
Diskusi tersebut diprakarsai oleh Himpunan Mahasiswa Magister Ilmu Kebencanaan (Hibeuna) Unsyiah Banda Aceh bekerjasama dengan Multirateal Interaction With Students (MIS) Tokyo University Jepang.
Bardan menyebutkan harus ada upaya untuk mendekatkan Kampus dengan pengambil kebijakan di provinsi Aceh. Menurutnya Unsyiah harus menjadi laboratorium hidup yang memiliki disiplin ilmu kebencanaan.
Bardan mengingatkan, pemerintah juga memiliki peran penting dalam menghadapi bencana, baik sebelum terjadi bencana, saat bencana maupun pasca terjadinya bencana.
“Sebelum terjadi bencana pemerintah seharusnya punya kewajiban untuk mengingatkan kepada masyarakat dengan peringatan-peringatan dini, karena kita di Aceh memang kawasan yang rawan bencana, dilaut ada gelombang pasang dan tsunami, di gunung ada gunung berapi dan di perkotaan ada bencana sosial dan bencana kebakaran,”ujar politisi Partai Keadilan Sejatera (PKS) itu.
Selain itu, menurut Bardan pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota harus selalu siaga dengan cadangan anggaran sekurang-kurangnya 10 persen untuk keadaan emergency.
Sementara itu terkait dengan kesiapan masyarakat, Bardan mengakui harus terus dipersiapkan masyarakat yang sadar akan risiko bencana.