Dua anggota TNI Satuan Intelkam Korem 0103 Aceh Utara, Sertu Hendrianto (36 tahun) dan Serda Indra Irawan (41 tahun), gugur akibat dibunuh oleh orang tak dikenal. Mereka dibunuh oleh sekelompok orang bersenjata, pada Senin (23/3) sore sekitar pukul 17.00 WIB.
Hendrianto dan Indra diculik usai bersilaturahim ke rumah Mukim Daud di Gampong Alue Mbang, Nisam Antara, Aceh Utara. Kunjungan ini juga dalam agenda melacak keberadaan kelompok bersenjata pimpinan Din Minimi kerap berbuat onar di Aceh selama ini.
Namun, keduanya ditemukan tewas dengan luka tembak di badan. Jenazah Hendrianto dan Indra ditemukan di Desa Batee Pila, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara oleh petugas sekitar pukul 08.30 WIB.
Meski demikian, Din Minimi melalui kuasa hukumnya dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin, membantah terlibat dalam penculikan dan pembunuhan dua anggota TNI itu. Din Minimi mengaku tidak mengetahui soal tewasnya dua prajurit itu.
Saat merdeka.com mengkonfirmasi tudingan ini, Safaruddin melalui pesan BlackBerry mengatakan kliennya tidak terlibat dalam kasus ini. “Benar, tidak terlibat Din Minimi dalam kasus ini,” tulis Safarudin melalui pesan pendek, Selasa (24/3).
Safaruddin menyebutkan, informasi terakhir dia peroleh dari Din Minimi yakni mereka hanya menculik Panglima Muda Wilayah Pasee, Aceh Utara, Yah Mud. Sedangkan soal terbunuhnya dua anggota TNI itu kliennya sama sekali tidak tahu.
“Yah Mud memang mereka yang ambil, untuk menyampaikan aspirasi ke pimpinan GAM,” lanjut Safarudin.
Safarudin melanjutkan, Din hanya meminta supaya Pemerintah Aceh memperhatikan nasib mantan serdadu Gerakan Aceh Merdeka. Sebab menurut dia banyak rekan-rekannya justru hidup miskin dan tidak sesuai dengan janji pemerintah termaktub dalam Perjanjian Helsinki.
“Mereka meminta baik pemerintah pusat maupun pemerintah Aceh untuk melakukan proses reintegrasi tahap II, untuk mengakomodir seluruh mantan kombatan GAM dan korban konflik lainnya,” tambah Safarudin.(merdeka)