PB PMII Desak Pemerintah Tetapkan Darurat Bencana Nasional di Sumatera

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mendesak pemerintah pusat segera menetapkan status Darurat Bencana Nasional terkait bencana banjir dan longsor besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera.

Menurut PMII, skala kerusakan, meningkatnya korban jiwa, dan lumpuhnya aktivitas sosial-ekonomi menunjukkan bahwa penanganan tidak lagi dapat dibebankan kepada pemerintah daerah semata.

Ketua Umum PB PMII, Mohammad Shofiyulloh Cokro, menilai pemerintah pusat belum menunjukkan ketegasan dalam membaca situasi di lapangan. Ia mengingatkan bahwa parameter penetapan Bencana Nasional sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 telah terpenuhi. Ketidaktegasan pemerintah disebut memperlambat mobilisasi sumber daya dan memperpanjang penderitaan warga yang terdampak.

PMII juga mengkritisi lambannya koordinasi lembaga terkait, keterlambatan distribusi logistik, minimnya fasilitas evakuasi, dan akses bantuan yang belum merata. Selain itu, PMII menyoroti indikasi pemerintah mereduksi skala bencana sehingga menghambat mobilisasi solidaritas nasional. Transparansi, kata PMII, adalah kunci penyelamatan nyawa.

Penetapan status nasional dinilai penting untuk mempercepat pengerahan kekuatan TNI, Polri, BNPB, Basarnas, kementerian teknis, dan pihak lain secara lebih terpadu. PMII menegaskan setiap waktu yang terbuang berarti ancaman lebih besar bagi keselamatan warga.

Sebagai wujud kepedulian nyata, PB PMII melalui Lembaga Mitigasi dan Penanganan Bencana yang dipimpin Rico Andi Prastiawan menginstruksikan seluruh pengurus cabang membuka posko bantuan dan penggalangan dana secara luas. Bantuan tidak hanya difokuskan pada kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, pakaian, dan obat-obatan, tetapi juga dukungan psikososial bagi para penyintas.

PB PMII menegaskan bahwa keselamatan rakyat harus menjadi prioritas negara. PMII mengajak seluruh kader dan alumni di Indonesia untuk memperkuat solidaritas dan bahu membahu membantu korban bencana. Semangat kemanusiaan, empati, dan tanggung jawab disebut sebagai fondasi utama bangsa dalam menghadapi situasi darurat ini.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads