Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh kembali mengukuhkan 27 lulusan baru dalam Yudisium Gelombang II Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 yang digelar pada Sabtu (17/5/2025) di Aula Lantai 3, Gedung Pascasarjana kampus tersebut.
Dari jumlah tersebut, sembilan orang meraih gelar doktor, sementara 18 lainnya menyandang gelar magister.
Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Prof Dr Eka Srimulyani MA PhD dalam sambutannya menegaskan bahwa gelar magister dan doktor bukan sekadar pengakuan akademik, tetapi merupakan mandat untuk berkontribusi nyata di tengah masyarakat.
“Sebagai lulusan pascasarjana, Anda memiliki tanggung jawab untuk membawa solusi berbasis ilmu pengetahuan, memperkuat kebijakan inklusif, dan menunjukkan kepemimpinan yang beretika,” kata Prof Eka.
Ia juga menegaskan bahwa proses akademik di Pascasarjana UIN Ar-Raniry dirancang untuk menjaga mutu, relevansi keilmuan, dan integritas.
Persyaratan akademik yang ketat, kata dia, merupakan bagian dari upaya institusi dalam menjaga reputasi dan standar mutu lulusan.
“Kami berharap para lulusan bukan hanya mengandalkan gelar sebagai pengakuan semata, tetapi juga terus menjadi pembelajar sejati. Mereka yang memperkuat keilmuan dan adab, serta menjadikan ilmu sebagai bekal untuk kebermanfaatan yang lebih luas,” ujarnya.
Prof. Eka menutup sambutannya dengan pesan inspiratif “Kesuksesan bukan hanya tentang mencapai tujuan, tetapi tentang menjalani perjalanan dengan penuh tujuan dan semangat. Masa depan ada di tangan kita, dan dengan kerja keras serta tekad, tidak ada batas atas yang tidak bisa kita tembus.”
Sebelumnya, Wakil Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry Prof Dr T Zulfikar MEd dalam laporannya menyampaikan bahwa hingga saat ini Pascasarjana UIN Ar-Raniry telah meluluskan 3.107 alumni, yang terdiri atas 2.774 magister dan 333 doktor.
“Pada gelombang kedua semester ini, Pascasarjana meluluskan 27 lulusan terdiri 9 orang doktor dan 18 orang menyandang gelar magister,” ujar Zulfikar.
Untuk program magister, 7 orang meraih predikat cumlaude, 5 orang dengan predikat pujian, 4 sangat baik, dan 2 baik. Sementara dari program doktor, 3 orang lulus dengan cumlaude, 4 pujian, dan 2 sangat baik.
Pada yudisium kali ini, Ketua Program Studi Doktor Studi Islam Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Prof Dr Syamsul Rijal, MA, menyampaikan orasi ilmiah bertajuk Ortums Konstruksi Islam dalam Pendidikan Humanis.
Guru Besar Filsafat Islam itu menegaskan pentingnya pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dalam membentuk karakter dan martabat kemanusiaan.
Prof Syamsul Rijal Soroti Urgensi Pendidikan Humanis
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Program Studi Doktor Studi Islam Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Prof Dr Syamsul Rijal, MA, menyampaikan orasi ilmiah bertajuk Ortums Konstruksi Islam dalam Pendidikan Humanis.
Guru Besar Filsafat Islam itu menegaskan pentingnya pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dalam membentuk karakter dan martabat kemanusiaan.
“Institusi pendidikan Islam memiliki korelasi positif dalam membentuk citra kemanusiaan yang luhur sebagai bagian dari aktualisasi manusia sebagai khalifatullah fil ardh,” ujar Syamsul.
Ia menjelaskan bahwa nilai-nilai Islam tidak hanya berorientasi pada aspek spiritual, tetapi juga mencakup nilai ilmiah, politis, ekonomis, estetis, dan sosial. Konstruksi nilai-nilai tersebut, lanjutnya, merupakan upaya untuk mengintegrasikan ilmu, moral, dan budaya dalam sistem pendidikan yang humanis dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Mengutip pandangan Brubacher dalam Modern Philosophies of Education, Syamsul menekankan bahwa pendidikan idealnya mengembangkan seluruh potensi manusia—secara moral, intelektual, dan fisik—untuk kepentingan pribadi maupun sosial, yang pada akhirnya berorientasi pada penyatuan dengan Sang Pencipta.
Dalam konteks pendidikan Islam, ia menyoroti pentingnya prinsip-prinsip kemanusiaan yang telah diajarkan oleh Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, seperti kesetaraan, keadilan, kebebasan berpikir, dan perlindungan hak individu.
“Prinsip-prinsip tersebut bukan hanya bersifat normatif, tapi juga menjadi fondasi dalam membentuk individu yang mampu berpikir kritis, berkarakter kuat, serta peka terhadap persoalan sosial dan kemanusiaan,” kata dia.
Syamsul juga menguraikan lima peran strategis yang harus dimiliki oleh sosok personalitas sarat ilmu dan rasionalitas, yakni sebagai agen perubahan, teladan moral dan intelektual, mediator, inspirator, serta advokat keadilan dan kemanusiaan.
Di akhir orasi, ia berharap pendidikan Islam mampu melahirkan generasi yang tidak hanya unggul dalam pengetahuan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap isu-isu global dan kemanusiaan.


