Kenaikan bahan bakar rumah tangga memberikan andil tertinggi terhadap inflasi dikota Banda Aceh pada bulan September 2014 lalu. Inflasi Banda Aceh pada September sebesar 0,47 persen lebih rendah dari kota Lhokseumawe yang mencapai 0,50 persen dan kota Meulaboh yang mencapai 0,58 persen. Sementara itu secara agregat inflasi provinsi Aceh pada bulan September sebesar 0,49 persen.
Hal demikian disampaikan Kabid Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Darmawan pada paparan pers reales berita resmi statistik bulan September 2014 di kantor BPS setempat, Rabu (01/10).
Darmawan mengatakan inflasi yang terjadi dikota Banda Aceh disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar. Dikatakan Darmawan selain kenaikan komoditas bahan bakar, inflasi dikota Banda Aceh juga disebabkan oleh kenaikan harga beras, cabe merah, tarif listrik dan rokok putih. Namun menurutnya sejumlah komoditas juga terjadi penurunan harga pada bulan September 2014 seperti bawang merah, minyak goreng dan emas perhiasan.
Darmawan menambahkan dari 79 jenis barang dan jasa yang mengalami perubahan harga pada bulan September 2014, sebanyak 42 jenis barang dan jasa menunjukkan kenaikan dan 37 jenis menunjukkan penurunan harga.
Selain itu Darmawan mengatakan pada bulan September 2014 juga terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,83 persen, dikarenakan terjadinya kenaikan indeks konsumsi rumah tangga dari 111,75 pada bulan Agustus menjadi 112,68 pada bulan September 2014.
Ia menyebutkan inflasi dipedesaan pada September disebabkan oleh kenaikan harga barang pada sub kelompok bahan makanan, diikuti pendidikan, rekreasi dan olahraga, transportasi dan komunikas dan perumahan.