Pebisnis muslim asal Thailand, Chareef Yimlay, mengaku terkesan dengan Aceh. Chareef yang datang dalam rangka pelaksanaan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT 2014) mengaku senang berada di Aceh.
“Ini baru pertama kalinya saya ke Aceh dan salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman. Pemandangan di sini sungguh indah sekali,” ujar Charred Yimlay, dalam bahasa Inggris.
Selama berada di Aceh, kata Chareef, dia sempat mencicipi beberapa kuliner khas Aceh seperti mie Aceh, sate matang, kopi Gayo dan timphan, “Saya suka sekali timphan karena namanya sangat familiar seperti bahasa Thai,” ujarnya lagi.
Sementara itu, pebisnis muslim asal Thailand lainnya, Kullada Kulluwan, mengaku merasa kagum melihat kehidupan Muslim di Aceh, “Selama saya berada di Aceh, saya sangat kagum dan takjum melihat kehidupan masyarakat muslim yang begitu toleran,” ujar Kullada Kulluwan, di Hotel Hermes Palace, Jumat 12 September 2014.
Wanita berjilbab asal kota Bangkok, Thailand, ini mengatakan keramah-tamahan dan toleransi masyarakat Aceh menjadi nilai applaus baginya. Ini karena Aceh merupakan sebuah daerah yang menerapkan aturan syariat Islam.
“Seharusnya ini yang harus dicontohkan oleh negara muslim yang lain karena Islam ini tidak mengajarkan kekerasan. Bahkan saya juga bellum pernah mendapatkan minuman alkohol disini,” ujarnya lagi.
Sebagaimana yang diketahui, Aceh menjadi tuan rumah pelaksanaan IMT-GT, dari 11 hingga 14 September 2014. Kegiatan ini dibuka dengan kegiatan Joint Business Council di Hermes Palace, Kamis 11 September 2014.
Hadir dalam pertemuan ini, 50 pengusaha dari Malaysia dan Thailand. Pertemuan ini juga diikuti oleh pengusaha local serta BPKS Sabang.
Beberapa program Aceh yang diusulkan seperti hubungan pelayaran antara Sabang-Phuket-Krabi (wilayah Andaman cluster) dengan Thailand, dan sea connectivity Pelabuhan Ranong Phuket- Sabang/Malahayati -Krueng Geukeuh -Penang-Port Klang.