Kegiatan panen sorgum merupakan kerjasama Civitas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Aceh.
Hal tersebut disampaikan Kepala Stasiun Klimatologi Aceh, Muhajir, MSi saat acara panen sorgum, Rabu (14/6). Sorgum yg dipanen tersebut hasil riset dan kolaborasi antara BMKG, BRIN dan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Samudra, Langsa.
Muhajir mengatakan, penanaman sorgum melibatkan mahasiswa FP Unsam dimulai April 2023 hingga bisa dipanen pada 14 Juni 2023.
Menurutnya, tim yang terlibat telah berhasil melewati fase tumbuh tanaman sorgum di tengah dinamika atmosfer yang tak menentu.
“Hal ini karena lokasi penelitian Stasiun Klimatologi Aceh berada dalam Zona Musim 3 dimana memiliki tipe pola hujan ekuatorial 2, yaitu hanya mempunyai dua musim yang terdiri dari satu periode musim kemarau dan satu periode musim hujan,” paparnya.
Menurutnya, awal musim kemarau 2023 di Indrapuri dan sekitarnya jatuh pada bulan Februari dasarian II dan mulai memasuki puncak musim kemarau pada bulan Juni. Sehingga dikarenakan bertepatan dengan musim kemarau, terpantau saat periode tanam curah hujan di lokasi penelitian masuk pada kategori rendah terkhusus pada bulan April.
“Hal ini juga didukung dengan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) di lokasi penelitian yang semakin panjang,” tambahnya.
Lebih lanjut Muhajir menjelaskan, budidaya tanaman sorgum, membutuhkan cukup air pada fase pertumbuhan dan saat pembentukan biji.
“Ini merupakan tantangan tersendiri karena Hari Tanpa Hujan yang relatif panjang dapat mengakibatkan defisit air sehingga tanaman memerlukan treatment khusus,” timpalnya.
Namun, dengan pengetahuan yang tepat dan perencanaan yang baik, pada kesempatan ini, kita berhasil memanfaatkan kondisi puncak musim kemarau untuk bersama-sama panen sorgum. Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, namun berkat kerjasama yang baik dan pemahaman yang mendalam tentang kondisi cuaca dan iklim, kita telah berhasil mencapai hasil yang optimal.
“Ini adalah bukti bahwa dengan pengetahuan dan teknologi yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan iklim dan cuaca untuk meningkatkan produksi pertanian,” sambungnya.
Pihaknya juga bersyukur dapat bekerjasama dengan peneliti BRIN dalam upaya peningkatan produksi Sorgum di Aceh melalui kegiatan penelitian.
“Ke depan kita akan tingkatkan kolaborasi lintas sektoral dengan mengadakan perjanjian kerja sama dalam hal riset, untuk meningkatkan kualitas penelitian dan ketahanan pangan di Provinsi Aceh.
“Panen ini merupakan bukti nyata bahwa dengan kerja sama yang baik, inovasi yang terus menerus serta pemahaman yang mendalam tentang alam, kita dapat mencapai hasil yang optimal,” pungkasnya.
Sebelumnya peneliti BRIN Dr Ir Basri A. Bakar, MSi mengatakan uji coba tanam sorgum varietas Kawali di lahan kering BMKG ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk organik enceng gondok terhadap peningkatan produksi.
“Alhamdulillah hasilnya cukup baik walaupun ditanam di lahan kering, ke depan kita akan lakukan kerjasama di lokasi yang berbeda,” ucapnya.
Pihaknya berharap kegiatan ini mendapat dukungan dari Distanbun Aceh. Pasalnya, harga sorgum di luar Aceh cukup menjanjikan.
Sementara Kepala Distanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah, MP dalam merespon hal tersebut sangat senang dan apresiasi atas keberhasilan peneliti BRIN dan BMKG melakukan panen tanaman sorgum di lokasi lahan kering BMKG, Indrapuri, Aceh Besar.
Lebih lanjut Cut Huzaimah mengatakan, sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum termasuk dalam golongan tanaman gandum, jagung, padi dan kedelai.
Selain itu, sorgum memiliki nilai gizi yang unggul, lebih dari beras. Karena mengandung protein, kalsium, zat besi, fospor dan vitamin B1, B6, yang lebih tinggi dari beras. Sorgum, diklaim baik dikonsumsi oleh orang yang terkena diabetes, karena kandungan gulanya rendah.
“Bagi orang yang sedang melaksanakan program diet, sorgum bisa menjadi menu makan yang ideal. Perut terasa kenyang lebih lama, karena kandungan seratnya yang tinggi,” bebernya.
Untuk membudidaya tanaman sorgum pada tingkat petani di Aceh, kita harus lebih banyak lagi membuat demplot-demplot percobaan dan percontohan tanaman sorgum itu, di berbagai lokasi tanaman padi, jagung dan kedelai, agar petani mengenal karakter dari tanaman sorgum tersebut.
“Kita perlu cari pasar terdekat seperti Medan dan Sumatera, sehingga saat panen ada yang menampung,” timpalnya.
Kegiatan panen dihadiri Kepala Stasiun Kelas I Meteorologi Sultan Iskandar Muda, Kadistanbun Aceh, Kadistan Aceh Besar, Kepala Stasiun geofisika Aceh Besar, Kepala Badan Penerapan Standardisasi Instrumen Pertanian Aceh (BPSIP Aceh), Dekan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Syiah Kuala, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Samudra Langsa, Dekan Fakultas Pertanian Abulyatama Aceh dan Balai Wilayah Sungai Sumatera I (BWS SI), Peneliti BRIN Aceh serta akademisi Dr Mutiawati, S.Pd., M.Pd ( Ubudiyah), Dr Saudah, S.Pd., M.Si (Universitas Serambi Mekkah).