Jajaran personel TNI-Polri dan Masyarakat Kemukiman Teupin Raya Kecamatan Glp Tiga Kabupaten Pidie melakukan kegiatan Meusaraya (gotong royong) sebagai aksi sosial di Komplek Makam Tgk Chiek Di Simpang (Tgk Chiek Muhammad bin Ahmad Khathib Langgien) di Gampong Kruet Teumpeun Kemukiman Teupin Raya, Kecamatan Glp Tiga Kabupaten Pidie.
Kedatangan Tim jajaran personel TNI-Polri Kecamatan tersebut disambut oleh Tgk Keuchiek dan warga Gampong Kruet Teumpeun tersebut.
Tgk Keuchik Gampong Kruet Teumpeun Muhammad Rifki Abdullah, mengatakan pihaknya bersama warganya sangat berterima kasih dan apresiasi kepada Tim personel TNI-Polri Kecamatan Glp Tiga Kabupaten Pidie atas segala bentuk perhatian dengan aksi nyata memberi penghormatan kepada para pusara Ulama besar di Aceh ini berupa mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa Makam Ulama sebagai situs cagar budaya Aceh ini perlu direstorasi secara berkesinambungan sehingga peninggalan cagar berupa benda yang mengandung ilmu pengetahuan ini terlestarikan sepanjang masa.
Sejumlah warga gampong terdiri dari ibu ibu turut melibatkan diri untuk ber Meusaraya aset bersejarah ini.
Danramil 10 Glumpang Tiga, Pidie, Kapten Inf Nazaruddin mengatakan, gotong royong bersama (Meusaraya) gabungan ini sebagai bentuk penghormatan sebagai ulama bersejarah yang sangat terkenal pada masanya yaitu era penjajahan Belanda.
Aksi ini kata dia, sebagai bentuk kegiatan bakti sosial dan penghormatan dan kepedulian kepada Makam Ulama dalam rangka Anjangsana.
Danramil juga menjelaskan, semenjak pelatakan batu pertama mulai pemugaran makam ini pihaknya hadir bersama jajarannya di makam bersejarah tersebut.
“terus saya pelajari sejarah dari nilai nilai sejarah dari makam Tgk Chiek Di Simpang, lintasan sejarah beliau (Tgk Chik Di Simpang telah melahirkan banyak karya-karya yang dapat bermanfaat bagi masyarakat Aceh dan Asia Tenggara seperti salah satunya yaitu Dawaul Kulub dalam Kitab Lapan, Dan sejumlah karya besar lainnya dalam bentuk naskah kuno,” sebutnya.
Dijelaskan, kegiatan bakti sosial ini sebagai bentuk penghormatan dan kepedulian kepada Makam Ulama dalam rangka Anjangsana. Selain itu juga sebagai generasi penerus bangsa harus menghargai jasa para ulama.
“Maka sebelum kita melakukan pembersihan makam ini, pihaknya melakukan zikir dan doa bersama,” Tutupnya.
Seperti diketahui bersama bahwa Makam Tgk Chiek Muhammad bin Ahmad Khathib Langgien atau panggilan populer di masyarakat Pidie dengan lakaf Tgk Chiek Di Simpang, yang berlokasi di Desa Kruet Teumpeun, Kemukiman Teupin Raya, Kecamatan Glp Tiga, Kabupaten Pidie, mulai di pugarkan pada Senin (26/7/2021) beberapa bulan yang lalu oleh Lembaga Rumoh Manuskrip Aceh, dengan sumber pendanaan dari salah seorang Hamba Allah.
Paeletakan batu pertama pembangunan pemugaran Makam pada saat itu di lakukan oleh anak kandung Ulama besar kharismatik Aceh Abu Usman Kuta Krueng, yakni Tgk Nurdin Bin Usman Kuta Krueng atau yang akrab disapa di kalangan dayah dengan Ubaiya.
Proses pemugaran diawali dengan menepungtawari serta tahlil, samadiah dan doa bersama yang dipimpin oleh Ubaiya sendiri.
Kilas Balik Sejarah Singkat Tgk Chiek Di simpang
Tgk Chiek Di Simpang merupakan salah satu ulama besar Pidie yang sangat aktif menulis dan mengarang beberapa karya monumental semasa hidupnya pada pertengahan abad ke-18, tepatnya pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dipimpin oleh Sultan Mansyur Syah (1857-1870 Masehi).
Era tersebut merupakan masa-masa kelemahan Kesultanan Aceh Darussalam karena pengaruh invasi Portugis dan Belanda. Dalam kondisi tersebut, Tgk Chik Di Simpang masih mampu menulis beberapa karya dan petuah bagi generasi Aceh berikutnya.
Tgk Chik Di Simpang dianggap sebagai tokoh yang sangat penting bagi pendidikan pada era Kesultanan Aceh Darussalam, sekaligus dikenal sebagai intelektual Islam terkemuka abad ke-18. Di antara karya yang ditulis oleh Tgk Chik Muhammad bin Ahmad Khathib Langgien berupa Naskah Kuno (Manuskrip Aceh) yakni; Tariqat Syatariah, Asraruddin Li Ahlul Musyahadah wal Yaqin, Ziya-ul Wara, Bustanus Salikin, Mafatih Al Ghuyub bi unillahi al Maliki ma’bud, Kay’usul Muhaqqiqin, Mi’rajus Salikin, Syifa-ul Qulub, Dawa’ul Qulub, dan beberapa judul manuskrip lainnya.