Meski bumi akan mengalami gerhana bulan terlama abad ke-21 pada 19 November 2021 nanti, masyarakat Aceh tidak dapat menyaksikannya.
Hal ini disebabkan saat gerhana terjadi, matahari belum terbenam dan bulan belum terbit di ufuk timur.
Gerhana bulan terjadi saat bulan, bumi dan matahari berada pada bidang ekliptika yang sama dan permukaan bulan tertutupi dengan bayangan bumi.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Dr. H. Iqbal, mengatakan, Kanwil tidak mengeluarkan edaran himbauan shalat khusuf dan tidak mengadakan pengamatan gerhana bulan seperti pada gerhana yang terjadi 26 Mei 2021 lalu.
“Karena gerhananya tidak dapat disaksikan, maka tidak ada sunnah shalat khusuf bagi masyarakat Aceh pada hari tersebut. Hanya penduduk di wilayah Amerika Utara sampai Amerika Selatan, Australia, sebagian wilayah Indonesia bagian Timur dan wilayah Asia Timur lainnya yang dapat menyaksikannya.” ujar Iqbal.
Kepala Seksi Kemasjidan dan Hisab Rukyat, Alfirdaus Putra, SHI, MH, menjelaskan, proses terjadinya gerhana bulan terjadi mulai siang hari pukul 14:19 WIB.
Sedangkan puncak gerhana terjadi pukul 16:03 WIB dan akhir fase gerhana pukul 17:47 WIB. Sehingga durasi total gerhana adalah 3 jam dan 28 menit.
“Bagi wilayah Aceh, semua fase utama gerhana tersebut terjadi sebelum matahari terbenam dan bulan terbit di timur, sehingga tidak dapat disaksikan.” Ujarnya.
Meski demikian, fase gerhana baru benar-benar berakhir pada pukul 19:04 WIB.
“Fase penumbra akhir adalah saat dimana bulan masih terkena bayangan samar atau bayangan luar dari sebuah proses gerhana. Fase ini adalah fase yang sulit disaksikan dengan mata telanjang karena tidak tampak perbedaannya dengan bulan purnama biasanya. Hanya lebih redup sedikit.” Kata Alfirdaus.
Bila ditambahkan dengan fase penumbra, maka durasi total gerhana bulan pada 19 November 2021 ini mencapai 8 jam dan 1 menit.