Dalam pidatonya, Ir. Soekarno atau Bung Karno pernah melontarkan kata “Jasmerah”, yang memiliki arti untuk mengingatkan masyarakat agar jangan sekali-kali melupakan sejarah Indonesia, karena didalamnya terdapat banyak jerih payah perjuangan para pahlawan.
Dari banyaknya pahlawan yang membantu membela dalam memerdekakan Indonesia, ternyata ada sosok tokoh ulama yang ikut berjuang di dalamnya. Sayangnya, peran besar tokoh ulama ini tidak banyak yang tahu, sehingga nama mereka begitu asing ditelinga kaum muda zaman sekarang.
Lalu, siapa sajakah tokoh ulama yang sempat berperan dalam perjalanan kemerdekaan? Berikut ini RRI berhasil merangkum dari beberapa sumber, diantaranya:
1. Al Habib Ali Al Habsyi
Al Habib Ali Al Habsyi lahir di Jakarta 20 April 1870. Beliau merupakan salah satu yang berperan dalam kemerdekaan dalam penentu hari dan waktu proklamasi.
Presiden pertama Indonesia, Soekarno sebelum memproklamasikan kemerdekaan terlebih dahulu menemui habib ali. Pada saat itu Soekarno meminta pendapat hari dan waktu yang tepat untuk membacakan proklamasi.
Selain itu, dirinya sempat ikut mendorong beridirinya partai politik yang berazaskan islam pertama kali di Indonesia yang dikenal dengan partai syarikat islam. Beliau juga merupakan pelopor berdirinya Majelis Ta’lim di Indonesia. Namun pada tahun 1968 tepatnya di Jakarta tanggal 10 Oktober, beliau wafat.
2. Al Habib Idrus Al Jufri
Tokoh Ulama satu ini memiliki peran penting dalam kemerdekaan sebagai pengagas bendera pusaka Merah Putih. Al Habis Idrus Al Jufri lahir di Tarim, Yaman, 15 Maret 1892 M. Beliau merupakan keturunan Al Imam Al Khawasah Bin Abubakar Al Jufri.
Beliau merupakan tokoh pejuang di provinsi Sulawesi Tengah, dalam bidang pendidikan agam Islam. Pada usia 41 tahun dirinya mendirikan sebuah lembaga pedidikan Al Khairat.
Pada tanggal 22 Desember 1969 M dirinya wafat di Palu, Sulawesi Tengah.
3. Al Habib Syarif Sultan Abdul Hamid II
Sultan Abdul Hamid II merupakan tokoh bangsa yang sangat berjasa dalam kemerdekaan salah satunya dalam perancangan Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila. Lelaki kelahiran Pontianak, 12 Juli 1913 M ini merupakan salah satu peserta Konferensi Meja BUnda saat Belanda akhirnya mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia.
Selain itu, dirinya sempat ditugaskan oleh Bung Karno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara kita. Dan beliau wafat di Jakarta pada 30 Maret 1978.
4. Al Habib Husein Muthahar
Di beri gelar kehormatan negara bintang Mahaputera atas jasanya menyelamatkan bendera pusaka Merah Putih dan juga memiliki bintang gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun 1948 hingga 1949. Nama Al Habib Husein Muthahar menjadi perbincangan dikala itu.
Lelaki kelahiran Semarang, 5 Agustus 1916 M ini, dikenal sebagai bapak Pramuka Indonesia dan pencipta Lagu Kebangsaan. Lagu kebangsaan yang sampai saat ini masih dikumandangkan dan terkenal yakni Hymne Syukur, Mars Hari Merdera, Dirgahayu Indonesia dan 17 Agustus.
Selain itu, beliau sendiri sempat mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera pusaka (Paskibraka) tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan bendera pusaka dalam upacara peringatan hari kemerdekaan RI.
Selain itu, Habib Muthahar juga aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia merupakan salah satu orang tokoh ulama pandu rakyat Indonesia Gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Pada 9 Juni 2004 M belaiu wafat.
5. Al Habib Ahmad Assegaf
Tokoh Ulama terakhir yang berperan penting dalam kemerdekaan yakni Al Habib Ahmad Assegaf. Lahir di Yaman 1879 M, dikenal sebagai wartawan, sejarahwan dan sastrawan keturunan Arab yang terkenal pada masa kemerdekaan RI.
Aksinya tersebut banyak menyerang pemerintah kolonial Belanda lewat tulisan-tulisannya. Untuk melengkapi data tulisannya, ia pernah mendatangi berbagai tempat di Indonesia untuk bertemu dengan tokoh masyarakat, ulama maupun sejarahwan.
DSi tahun 1913 M, Habib Assegaf pernah berlayar ke Singapura dan ke Indonesia untuk mengunjungi saudaranya yang tertua yakni di Bali. Sempat pula tingal beberapa lama di Bali untuk berguru sekaligus berdakwah.
Al Habib Ahmad Assegaf wafat di Jakarta,pada 1949 M dan dirinya sempat ikut mendirikan Ar Rabithah Al alawiyah yakni sebuah kepengurusan yang mencatat nasab mulia Nabi Muhammad SAW.
Melalui pergerakan Arrabithah Al-Alawiyyah, dirinya mempunyai pengaruh yang sangat kuat di dalam memberikan petunjuk dan pentingnya persatuan di kalangan umat Islam dalam menghadapi penjajahan. Semua itu dapat dilihat dalam qasidah, syair serta nyanyian yang dirinya karang. RRI