Pemerhati bidang pendidikan Tgk Zulkhairi MA mengatakan, konvoi “euforia” untuk merayakan kelulusan Ujian Nasional khususnya siswa di Aceh adalah sesuatu memalukan yang seharusnya dapat dicegah oleh penyelenggara pendidikan daerah ini.
“Coret-coret baju dan konvoi hura-hura dalam menyambut kelulusan UN di negeri bersyariat ini adalah hal yang memalukan bagi kita semua,” katanya di Banda Aceh, Rabu.
Tgk Zulkhairi yang juga Wakil Sekjen Rabithah Thaliban Aceh itu, menjelaskan aksi coret-coret baju siswa/siswi SMU/sederajat saat merayakan kelulusan UN adalah bukti gagalnya pengelola pendidikan seperti institusi sekolah, Dinas Pendidikan dan Majelis Pendidikan Daerah (MPD).
“Mereka gagal mencegah persoalan yang telah terjadi setiap tahun itu.
Kami menilai para stakeholder pendidikan memang tidak berjuang keras mencegah mengatasi persoalan tahunan seperti itu,” katanya menambahkan.
Ia menilai, coret-coret seragam sekolah adalah tindakan mubazir yang seharusnya bisa disumbangkan kepada orang lain yang masih membutuhkannya.
“Dalam Al Quran, disebutkan bahwa pekerjaan mubazir adalah pekerjaan syaitan. Kemudian, dalam Islam merayaakan kelulusan dari sebuah ujian tidak dilakukan dengan hal-hal yang hura-hura, tapi dengan rasa syukur dalam konteks ‘ubudiyah kepada Allah SWT,” kata Zulkhairi.
Karenanya, ia menilai Dinas Pendidikan, kepala sekolah, MPD, orang tua dan masyarakat tidak melakukan upaya-upaya pencegahan. Seharusnya hal itu bisa dicegah misalnya dengan membuat aturan-aturan seperti syarat ambil ijazah harus membawa seragam sekolah.
Tapi, alumnus program studi pendidikan islam pascasarjana UNI Ar-Raniry Banda Aceh itu mengatakan ini tidak dilakukan. “Mereka seperti membiarkan aksi coret-coret seragam sekolah ini,” katanya menambahkan.
Oleh karenanya, ia mengimbau semua pihak termasuk para orang tua agar melakukan pencegahan agar mulai tahun depan tidak terjadi lagi aksi coret-coret seragam sekolah dan konvoi sepeda motor siswa saat merayakan kelulusan UN.(antaraaceh)