Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Aceh menggalakkan Gampong siaga Covid-19 untuk mengampanyekan agar masyarakat terus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kampanye tersebut dianggap selaras untuk mencegah penyebaran virus corona sekaligus menanggulangi terjadinya stunting.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, dalam workshop online pencegahan stunting yang digelar Unicef Aceh, di Meuligoe Gubernur Aceh, Selasa, (12/5/2020).
Selain Tim Penggerak PKK Aceh, workshop itu juga diisi oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG) Aceh, Dinas Kesehatan Aceh, Pakar Stunting Aceh, dan Tim Pendamping Desa.
“Kita berharap Gampong siaga ini tidak hilang meskipun Covid-19 berakhir. Namun gampong siaga harus tetap ada untuk mencegah stunting nantinya,” ujar Dyah.
Dyah mengatakan, saat ini setidaknya ada 5000 gampong siaga Covid-19 yang sudah terbentuk di Aceh. Ia ingin, agar tim gampong siaga itu nantinya juga dapat menggerakkan program penanganan stunting yang sudah berjalan. Seperti mengaktifkan rumoh gizi gampong dan posyandu.
“Kita saat ini semua membicarakan Covid dan seolah-olah stunting sudah tenggelam. Ini tentu menjadi kewaspadaan bagi kita,”ujar Dyah.
Dalam kesempatan itu, Dyah juga menyampaikan sejumlah langkah yang telah dilakukan PKK Aceh setahun terakhir untuk menanggulangi terjadinya stunting di Aceh. Di antaranya, kata dia, melaunching rumoh gizi gampong di 18 kabupaten/kota, mensosialisasikan pencegahan dan penanganan stunting serta membangun kerjasama dengan lintas sektor.
“PKK berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,” tutur Istri Plt Gubernur Aceh itu.
Dyah berujar, PKK Aceh memiliki ratusan ribu kader yang tersebar sampai di tingkat gampong. Mereka berperan untuk mewujudkan dan mendukung langkah penangan dan pencegahan stunting di Aceh.
Senada dengan Dyah, Kepala Unicef Aceh, Andi Yoga Tama, mengatakan, isu stunting seperti tampak terabaikan semenjak merebaknya virus corona. Padahal angka stunting masih relatif tinggi baik secara nasional maupun Aceh secara khusus.
“Berkurangnya pendapatan keluarga akibat Covid-19 berimbas terhadap kemampuan untuk memenuhi makanan bergizi. Hal ini kita khawatirkan meningkatnya angka stunting,” ujar Andi.
Ia berharap, semua pihak dapat berperan untuk memaksimalkan pelayanan posyandu dan rumoh gizi gampong di Aceh, guna menyukseskan program penanganan dan pencegahan stunting di Bumi Serambi Mekkah.