Pemerintah belum menuntaskan konversi minyak tanah ke LPG di empat kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota di provinsi Aceh. Keempat daerah tersebut masing-masing kabupaten Bener Meriah, kabupaten Aceh Singkil, kota Subulussalam dan Kabupaten Simeulu.
Marketing Branch Manager Pertamina wilayah Aceh Aribowo mengatakan dari empat daerah tersebut tiga diantaranya masing-masing Singkil, Bener Meriah dan Subulussalam sudah mulai program konversi sejak 5 Desember 2013, sedangkan untuk kabupaten Simeulu pemerintah tidak memprogramkan konversi, mengingat daerah tersebut merupakan daerah kepulauan sehingga dikhawatirkan harga LPG akan lebih mahal dari harga minyak tanah,
“Sehingga khusus untuk Simeulu pemerintah masih tetap menjalankan program minyak tanah bersubsidi”lanjutnya.
Namun demikian Aribawo menyebutkan selama program konversi dilakukan penyaluran minyak tanah untuk tiga daerah itu tetap berlangsung normal, hal itu untuk mencegah warga yang belum terbiasa memakai LPG. Selain itu diakuinya tidak ada penolakan ditiga daerah tersebut untuk menggunakan LPG.
“Masyarakat secara umum sudah sangat memahami kelebihan memakai LPG, dan mereka sangat mendukung, apalagi mereka juga sulit memperoleh minyak tanah, seperti di Bener Meriah mereka umumnya juga sudah terbiasa menggunakan LPG”ujarnya.
Aribowo menyebutkan program konversi di tiga kabupaten tersebut juga belum tuntas, ia merincikan untuk kabupaten Bener Meriah program konversi baru berjalan di 4 kecamatan dari 10 kecamatan yang ada, kemudian kabupaten Aceh Singkil baru 5 kecamatan dari 10 kecamatan dan Subulussalam baru 3 kecamatan dari 5 kecamatan.
Menurutnya pertamina sudah menyalurkan 45 ribu paket konversi untuk tiga daerah tersebut berupa tabung+isi, kompor dan aksesoris lainnya, dengan rincian kabupaten Bener Meriah 17.286 paket, Singkil 6.200 paket dan Subulussalam 8.900 paket.
“Program konversi ini seharusnya sudah tuntas pada tahun 2014 mendatang, namun kelanjutannya akan ditentukan oleh pemerintah sedangkan Pertamina hanya sebagai pelaksana”pungkasnya.