Pandemi virus Corona benar-benar berdampak ke dunia pendidikan. Ujian Nasional (UN) SMA batal, para pelajar disuruh belajar dari rumah. Internet adalah solusi modern untuk kegiatan belajar-mengajar jarak jauh. Namun tak semua siswa-siswi sekolah punya ponsel pintar, komputer, maupun laptop.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang dipimpin Nadiem Makarim telah melakukan kerja sama dengan pihak swasta seperti Google Indonesia, Kelas Pintar, Microsoft, Quipper, Ruangguru, Sekolahmu, dan Zenius. Itu semua demi melancarkan pembelajaran daring atau e-learning di era pandemi ini.
Pemerhati pendidikan dari Persatuan Keluarga Besar Tamansiswa (PKBTS) Ki Darmaningtyas menyampaikan, tidak semua anak-anak Indonesia usia sekolah punya ponsel pintar, komputer, maupun laptop. Sebagian lagi punya ponsel pintar namun kesusahan membeli paket data internet. Anak-anak yang kurang mampu itu bakal tercecer bila sistem pembelajaran jarak jauh hanya dilakukan via internet.
“Kalau pakai aplikasi, maka syaratnya adalah siswa-siswi harus ada ponsel pintar Android maupun laptop. Padahal, tidak semua punya,” kata Darmaningtyas, Selasa (24/3/2020).
Siswa tak mampu jelas susah menggengam ponsel pintar. Keterbatasan biaya menjadi ganjalannya. Siswa-siswi ‘offline’ ini tak hanya hidup di pelosok saja, bahkan banyak anak-anak di perkotaan juga kesulitan mengakses internet. Pendekatan Kemdikbud kepada anak-anak kurang mampu ini perlu disesuaikan.
“Gunakanlah media yang bisa diakses semua warga, media yang tanpa perlu kuota dan ponsel Android,” kata Darmaningtyas.
Penulis buku ‘Pendidikan Yang Memiskinkan’ ini menyarankan agar televisi digunakan sebagai sarana pembelajaran jarak jauh. Soalnya, mayoritas warga Indonesia mempunyai televisi. Kedua, radio juga bisa digunakan. Lembaga penyiaran publik millik negara bisa difungsikan.
“Pemerintah kan punya TVRI dan RRI. Gunakan saja media publik itu. Dalam kondisi darurat Corona ini, TVRI dioptimalkan untuk pembelajaran jarak jauh. TVRI itu jangkauannya seluruh indonesia, dan 99% orang punya televisi,” kata Darmaningtyas.
Dia meyakini, siaran TVRI telah sampai ke daerah-daerah yang jauh dari pusat kota. Siswa tak mampu juga bisa ikut mengakses pendidikan jarak jauh.
“Bila menggunakan TVRI, maka itu lebih punya daya jangkau yang luas, tidak membedakan yang mampu dan yang tidak mampu, semua bisa mengakses,” kata dia. detik