Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyambut kepulangan 20 orang petani Aceh dari Thailand yang telah mengikuti program “Magang Petani Milenial Aceh Tahun 2019” , di rumah dinasnya, Banda Aceh, Senin, (16/12).
Sebelumnya, para peserta magang itu diberangkatkan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh pada tanggal 24 November lalu untuk mempelajari budidaya tanaman kelapa pandan wangi yang merupakan jenis kelapa unggulan dari Negeri Gajah Putih.
Para peserta magang tersebut merupakan alumni dari sejumlah SMK Pembangunan Pertanian (PP) di Aceh.
Plt Gubernur mengatakan, para petani milenial Aceh yang sudah dimagangkan ke Thailand, kini telah menjadi petani yang memiliki nilai lebih dan kemampuan inovatif sesuai dengan era industri 4.0 . Oleh karena itu, ia berharap mereka dapat menjadi pelopor dalam meningkatkan produktivitas dan vitalitas para petani lain di Aceh.
“Vitalitas itu bagaimana bisa membuat para petani bersemangat, suka, dan merasa bergengsi dengan apa yang dikerjakannya,”kata Nova saat menerima kepulangan para petani magang dari Thailand, di rumah dinasnya, Senin, (16/12).
Nova mengatakan, magang merupakan wadah untuk mempelajari berbagai aspek pertanian yang tidak terdapat di Aceh, bahkan di buku sekalipun.
“Magang itu untuk melihat sisi-sisi yang tak bisa diukur, seperti kultur, bagaimana mereka begitu bergairah bertani. Bagaimana mereka menggunakan teknologi dan bagaimana mereka memformat bahwa pertanian itu adalah bisnis,” kata Nova.
Selain itu, para peserta magang tersebut juga diminta untuk terus berinovasi dan memodifikasi pertanian yang ada di Indonesia, khususnya Aceh menuju ke arah lebih baik.
“Kalian adalah petani yang masuk di era 4.0, jadi tidak boleh lagi melakukan pertanian yang model biasa saja seperti selama ini. Termasuk pada aspek bisnisnya, sebagai ilustrasi, semua petani di Jawa Timur itu pada wilayah bisnisnya sudah bekerjasama dengan marketplace,” ujar Nova.
Nova berharap, semua materi yang telah dikuasai selama magang dapat ditindak lanjuti dan dikembangkan di Aceh. Selain itu, kata dia, mereka nantinya juga akan dilibatkan untuk membantu pemerintah di bidang pertanian.
Nova menganggap, mereka yang telah menjalankan magang tersebut telah memiliki nilai lebih di sektor pertanian. Karena itu, kata dia, apabila ada program magang lagi ke depan, mereka juga akan dilibatkan untuk membantu memberi pembekalan atau pun merancang kerangka acuan magang.
“Bisa saja nanti kalian magang lagi, tapi mempelajari aspek yang lebih spesialis, di mana belajarnya khusus packaging, khusus memanen, khusus pengolahan dan khusus mempelajari bisinis agro nya,”kata Nova.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, A Hanan, mengatakan para petani yang dikirim oleh Distanbun Aceh ke Thailand berjumlah 20 orang.
“Mereka dikirim ke Songkla Thailand dan dibimbing langsung oleh pihak Prince of Songkla University,” kata Hanan.
Di sana, kata Hanan, selama 21 hari mereka belajar budidaya dan pengembangan kelapa pandan wangi mulai dari penanaman, pemanenan, packaging, sampai dengan pemasarannya.
Para peserta magang tersebut merupakan alumni dari sejumlah SMK Pembangunan Pertanian (PP) di Aceh.
Sementara itu, salah satu peserta magang, Cut Vira, mengaku, setelah menjalani magang dirinya sangat bersemangat dan ingin mengembangkan sektor pertanian Aceh.
Menurut dia, masih banyak kekurangan dari proses pemasaran produk pertanian selama ini. Salah satunya adalah packaging yang masih lemah, hingga menyebabkan nilai jual pun rendah.
“Jadi bagian packaging ini perlu kita perhatikan, perlu kita bina para petani lainnya tentang hal itu agar nilai jual komoditasnya pun meningkat,” kata Cut.
“Yang lainnya juga, di Thailand itu sangat diharuskan agar menanam pertanian organik, perusahaan di sana tidak menerima bila bukan organik,” kata Cut.
Bantuan Usaha
Dalam kesempatan itu, Plt Gubernur Nova juga berjanji akan memberi modal usaha untuk pembelian bibit kelapa pandan wangi bagi setiap peserta magang tersebut.
Plt Gubernur berharap, bantuan modal tersebut
dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pengembangan kelapa pandan wangi di Aceh.
Setiap peserta akan menerima bantuan usaha sejumlah Rp 5 juta. Untuk diketahui, sebatang bibit kelapa pandan wangi ditaksir berharga Rp 200 ribu.