Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Warul Walidin berkomentar pascagembok portal masuk Tugu Darussalam yang dibongkar secara paksa oleh para mahasiswa, (29/8).
Ia berpidato mengenai sejarah Tugu Darussalam itu pada penutupan Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan (PBAK) di depan 4.568 lebih mahasiswa baru yang menduduki lokasi tersebut.
Rektor UIN mengatakan awal mula berdirinya Tugu Darussalam merupakan milik rakyat Aceh yang kemudian diberi hak yang sama untuk tiga perguruan tinggi yang ada di daerah itu, yakni UIN Ar-Raniry, STAI Tgk Chik Pante Kulu dan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
“UIN Ar-Raniry adalah bagian yang tak terpisahkan dari Kopelma Darussalam, kita diberi hak yang sama-sama untuk memperjuangkan Lapangan Tugu Darussalam,” katanya.
Kopelma Darussalam merupakan kawasan pendidikan yang diberikan oleh rakyat Aceh untuk sarana pengembangan pendidikan masyarakat Aceh.
Mulai saat itu, semua komponen rakyat Aceh ikut mencurahkan pikiran dan tenaga serta bekerja bahu membahu dalam membangun Darussalam sehingga berdirinya Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry.
Polisi, tentara, pegawai, anak sekolah, rakyat di sekitar perkampungan Darussalam, turut serta bergotong royong dengan penuh keikhlasan untuk mendirikan dan menyumbangkan tenaga bagi pembangunan Darussalam, yang dipandang sebagai “Jantong Hate Rakyat Aceh”.
Ia juga mengatakan, UIN yang dulunya IAIN juga sama-sama dan bersinergi dalam membangun Masjid Kopelma Darussalam dengan Unsyiah dan STAI Tgk Chik Pante Kulu.
Adapun gembok portal masuk Lapangan Tugu Darussalam tersebut dibongkar paksa dikarenakan para mahasiswa yang ingin melaksanakan penutupan PBAK tak terima dengan pihak Unsyiah yang menyuruh untuk meminta izin penggunaan lapangan itu.
Padahal sebelumnya, menurut pengakuan Rahmad Ali, Koordinator Lapangan (Korlap) PBAK, pihak panitia dari PBAK UIN telah melayangkan surat pemberitahuan untuk melaksanakan penutupan PBAK di lokasi tersebut.
“Waktu kami datang ke sana (Lapangan Tugu) ternyata portal lapangannya itu digembok. Gimana mau minta izin, sedangkan lapangan itu milik tiga perguruan tinggi di Darussalam, bukan punya Unsyiah saja,” pungkasnya. ANTARA