100 korban konflik termasuk eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) asal Pidie Jaya, Aceh mendapat tanah masing-masing dua hektare. Pembagian sertifikat tanah dilakukan dalam peringatan 14 tahun Aceh damai.
Pantauan detikcom Kamis (15/8/2019), peringatan 14 tahun Aceh damai digelar di Taman Sultanah Safiatuddin Banda Aceh, Aceh, Kamis (15/8/2019). Seremonial perayaan dihadiri Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
Pada awal acara, diputar video proses perdamaian Aceh yang berlangsung di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005 lalu. Perdamaian diteken untuk mengakhiri konflik selama 30 tahun antara GAM dengan RI.
Setelah itu, dilakukan pembagian sertifikat tanah untuk 100 korban konflik, eks mantan GAM serta tapol/napol. Pembagian tanah ini dilakukan sesuai yang diatur dalam isi perjanjian damai. Selain itu, juga santunan untuk 50 anak yatim di Aceh.
“Sebenarnya Undang-undang Pemerintah Aceh (UUPA) salah satunya mengamanatkan pertanahan bidang agraria tapi sampai saat ini lembaganya sudah. Kita sudah ada Dinas Pertanahan, salah satu lembaga khusus tapi kewenangannya sedang berproses,” kata Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah kepada wartawan.
Menurutnya, lembaga pertanahan di Aceh saat ini baru mempunyai kewenangan sekitar 30 persen, selebihnya masih di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jika kewenangannya sudah penuh diberikan ke Aceh, jelasnya, proses reintegrasi terkait bidang pertanahan dapat lebih cepat diwujudkan.
“Ini sangat teknis terkait bidang pertanahan termasuk pengukuran kemudian konsolidasi lahan termasuk mendata kembali HGU. Ketika sertifikat diterbitkan tidak bermasalah lagi. Memang itu butuh waktu yang cukup lama,” jelas Nova.
“Perdamaian sebenarnya bagian yang melekat dengam visi misi pemerintah Aceh 2017-2022 yaitu mewujudkan Aceh damai yang bla… bla… bla… Tentunya semua program, tindakan dalam filosofi kedamaian,” ungkapnya.
Selain itu, ungkapnya, perdamaian menjadi kunci dan instrumen penting dalam mensukseskan pembangunan menuju Aceh Hebat dan Sejahtera. Menurutnya, hal itu sesuai dengan tema peringatan Aceh damai ke 14 tahun ini.
“Harus diakui memang, dalam perjalanan 14 tahun damai Aceh, kita tidak selalu melalui jalan lurus yang bertaburkan bunga, namun terkadang kita juga melalui jalan yang berliku, menanjak, penuh onak duri dan kerikil-kerikil tajam. Namun sebagai masyarakat Aceh yang faham dengan kearifan lokalnya tentu permasalahan-permasalahan yang menghadang mesti diselesaikan secara bijaksana,” bebernya. detik