Wakil Ketua DPR Aceh Teuku Irwan Djohan berharap setidaknya ada satu gampong di setiap kecamatan di Kota Banda Aceh yang sukses mengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Hal itu disampaikan Teuku Irwan Djohan pada Bimtek penguatan BUMG dalam rangka memajukan perekonomian gampong yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG) di Banda Aceh, Selasa (19/03).
Irwan Djohan mengakui saat ini gampong-gampong yang sukses mengelola Bumdes umumnya terdapat di pulau Jawa, oleh karenanya ia mengharapkan setidaknya dari 90 gampong di kota Banda Aceh, ada 9 gampong saja yang berhasil mengelola Bumdes.
Untuk memacu semangat pengelola Bumdes di tingkat Gampong, Teuku Irwan Djohan berencana untuk memberikan penghargaan kepada gampong-gampong yang sukses mengelola Bumdes nya.
“Setidaknya ada satu gampong dalam setiap kecamatan yang sukses. Karena selama ini kita baca di media gampong yang sukses umumnya berada di pulau Jawa. Dan saya akan berikan penghargaan kepada bumdes yang sukses. Mungkin ini akan saya buat dalam rangka memacu keseriusan dan semangat kepada pengurus bumdes yang sukses,” lanjut Irwan.
Irwan mencontohkan saat ini gampong terkaya di dunia adalah gampong atau desa Huaxi di Provinsi Jiangsu di China dan salah satunya mereka punya hotel 72 lantai yang dikelola oleh desa. Sehingga menurut survei pada tahun 2009 mengungkap, setiap keluarga di desa ini memiliki setidaknya satu rumah dan mobil. Sedangkan aset yang dimiliki setiap keluarga bisa mencapai US$ 150 ribu atau setara Rp 1,9 miliar (kurs 1 US$ = Rp 13.333).
“Saya mau bilang kalau mereka bisa kelola hotel 72 lantai kenapa kita tidak mampu untuk mengelola warung kopi saja,” lanjut Irwan.
Irwan Djohan menyebutkan, suksesnya tidaknya pengelola Bumdes sangat ditentukan oleh tokoh-tokoh gampong terutama perangkat desa seperti keuchik dan tokoh-tokoh yang visioner di gampong.
Menurut Irwan, keuchik harus punya visi untuk memajukan gampong serta membangun kepercayaan masyarakat, sehingga masyarakat percaya pada Bumdes milik gampong.
“Karena kalau tidak ada kepercayaan masyarakat bahkan masyarakat tidak mau ikut serta maka ini akan susah terwujud,” ujarnya.
Irwan menyebutkan, setiap gampong di kota Banda Aceh tentu memiliki potensi yang berbeda untuk dijadikan BUMDes. Ia mencontohkan, gampong di wilayah pesisir akan berbeda potensinya dengan gampong yang berada di tengah kota.
“Kalau pesisir mungkin cocoknya perikanan, produksi rumput laut. Kalau daerah pertanian bisa untuk pertanian atau perkebunan. Tapi kalau Banda Aceh mungkin karena lahannya sempit, maka bisa juga untuk bisnis jasa, penginapan, rumah sewa, kos-kosan, bahkan juga pendidikan dan transportasi,” pungkasnya.