Dari 90 gampong (desa) di kota Banda Aceh, hanya 6 gampong yang dinyatakan bebas dari penyakit demam berdarah dengue (DBD), sedangkan 84 gampong lain positif ditemukannya penyebaran penyakit DBD.
Hal demikian dikatakan Wakil Walikota Banda Aceh Illiza Sa’adudin Djamal saat menjadi salah seorang pembicara pada seminar dan workshop model manajemen DBD pada wilayah ekosistem perkotaan baru pemukiman pasca tsunami, kamis (02/01) pagi.
Illiza mengatakan jika dilihat perkecamatan di kota Banda Aceh tahun 2012 penyebaran DBD terparah terdapat pada kecamatan Jaya Baru dan kecamatan Baiturrahman, padahal sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 penyebaran DBD tertinggi selalu ditemukan di kecamatan Syiah Kuala dan kecamatan Kuta Alam. Illiza merincikan pada tahun 2012 jumlah penderita DBD di kota Banda Aceh mencapai 508 orang, naik drastis bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang jumlahnya mencapai 379 kasus. Sedangkan untuk tahun 2013 hingga bulan Maret sudah ditemukan 130 kasus lebih.
“dari 9 kecamatan di Banda Aceh dulunya paling tinggi itu di kecamatan Kuta Alam dan Syiah Kuala, nah pada tahun 2012 bergeser dia ke kecamatan Jaya Baru”lanjutnya.
Illiza menambahkan jika dilihat bedasarkan bulan, penyakit DBD meningkat tajam selama bulan September hingga Desember, hal itu dikarenakan bulan-bulan tersebut merupakan musim hujan.
Lebih lanjut Illiza menambahkan bedasarkan hasil pemeriksaan kontainer luar rumah dan dalam rumah yang positif jentik dikota Banda Aceh tahun 2012, penyebaran nyamuk tertinggi disebebkan oleh Bak mandi, ban bekas, vas bunga dan dispenser.
Sementara itu Dosen Politekhnik kesehatan Kementrian Kesehatan Aceh, Hermansyah dalam seminar tersebut mengatakan kota Banda Aceh merupakan daerah endemis DBD dengan jumlah kesakitan dan kematian tertinggi bila dibandingkan dengan 22 kabupaten/kota lainnya di provinsi Aceh.