Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah, bersilaturrahmi dengan puluhan mahasiswa Aceh di Tiongkok di sela-sela kunjungan kerjasama investasi ke Cina, pertemuan tersebut dilakukan di restoran Aldeerag, Kota Wuhan, Cina, Rabu (07/11/2018).
Dalam silaturrahmi tersebut, Plt Gubernur Aceh turut menandatangani Piagam Deklarasi Cakradonya Community Aceh – Tiongkok sebagai wadah perhimpunan pelajar Aceh yang sedang menempuh studi di Tiongkok.
Plt Gubernur Aceh dalam sambutannya mengatakan, mahasiswa Aceh harus mampu menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa lain di Cina, khususnya bagi mahasiswa dari Indonesia. Mahasiswa Aceh yang sedang menjalani studinya di luar negeri merupakan representasi dari masyarakat Aceh sendiri.
“Mahasiswa Aceh harus menjaga nama baik Aceh dan tetap menjalin persaudaraan dengan semua mahasiswa, terutama mahasiswa Indonesia,” ujar Nova.
Bagaimana pun juga, kata Nova, Aceh adalah bagian dari Indonesia dan menjadi daerah modal bagi Indonesia. Oleh sebab itu, mahasiswa Aceh yang kini sedang menempuh studi di Cina juga modal bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi Aceh.
Karena itu lanjut Nova, sudah sepatutnya mahasiswa Aceh harus mampu berkontribusi ketika kembali ke negaranya nanti.
Menurut Nova, Meskipun beasiswa yang diterima selama ini sebagian besar bukan dari pemerintah Indonesia, namun selaku warga negara, setiap mahasiswa mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki kondisi bangsa dan sudah memikierkan tentang arah dan tujuan di masa mendatang.
“Aset yang paling berharga adalah ilmu dan kini Tiongkok telah membuktikan bahwa mereka mampu berkembang dengan cepat melalui ilmu dan teknologi,” kata Nova.
Nova menyampaikan, Pemerintah Aceh akan terus menjajaki secara serius kerja sama di bidang pendidikan dengan universitas-universitas ternama di Cina.
“Saya ingin mahasiswa Aceh beramai-ramai mengenyam pendidikan di luar negeri seperti di Cina dan pemerintah Aceh akan mengupayakan peningkatan pengiriman pelajar ke luar negeri,” ujar Nova.
Sementara itu,Teuku Zulyadi, mahasiswa S3 Huazhong University of Technology and Sciences (HUST) sekaligus pendiri Cakradonya Community mengungkapkan, universitas terbaik di dunia didominasi oleh Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok, dan Jepang. Menariknya adalah universitas asal negeri tirai bambu ini mampu melompat ke peringkat ke-22 dunia.
“Tsinghua University melompat 8 tingkat menggusur posisi The National University of Singapore (NUS) yang harus rela turun ke peringkat 23,” ungkap dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh tersebut.
Teuku Zulyadi menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan babak baru bagi universitas asal Tiongkok yang masuk ke-25 besar dan menjadi yang teratas mewakili asia.
Melihat kemajuan penelitian di bidang matematika dan komputasi di Cina lanjut Teuku Zulyadi. maka bukan hal yang sulit bagi Tiongkok untuk menjadikan universitas mereka nomor satu di dunia di masa yang akan datang. Keunggulan Cina dikedua bidang tersebut telah mendekati Amerika Serikat, bahkan telah melewati negara-negara Eropa.
“Ditambah lagi dengan kemampuan Tiongkok di bidang ilmu Fisika dan Teknik, maka mereka akan naik cepat menjadi universitas puncak dunia di masa yang akan datang.” Papar Teuku Zulyadi
Selain itu, Teuku Zulyadi juga menjelaskan bahwa hubungan antara Indonesia, khususnya Aceh dengan daratan Cina telah dimulai sejak lancarnya transportasi laut pada abad ke-13. Interaksi melalui budaya dan pendidikan dimulai sejak diutusnya diplomat China yang bernama Chengho ke Aceh, yang menyerahkan lonceng cakradonya kepada raja Aceh pada tahun 1909 sebagai lambang persahabatan.
Sebaliknya raja aceh juga mengirimkan zainal abidin sebagai utusan ke kerajaan cina. Jadi untuk mengulang kejayaan masa lalu mungkin penting bagi pemerintah Aceh untuk memiliki sumber daya manusia yang paham tentang Cina.
“Untuk saat ini, ada tiga hal yang dapat dilakukan mahasiswa Indonesia, khususnya mahasiswa Aceh di cina, yaitu, menjadi duta wisata, pendidikan dan investasi Aceh di Tiongkok,” sebutnya.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Cakradonya Community Alfi Rian Tamara juga menjelaskan bahwa putera-puteri Aceh di Cina semakin ramai, khususnya di Kota Wuhan.
“Saat ini ada 53 mahasiswa Aceh yang sedang menjalani studi dan 47 orang sudah alumni, setiap tahun Tiongkok kedatangan mahasiswa asal Aceh yang umumnya melalui beasiswa China Government Scholarship Tiongkok,” ucapnya.
Rian mengaku, perusahaan asal Cina semakin banyak di Indonesia. Jadi kemungkinan besar dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia untuk hal tersebut.
“Untuk itu, mahasiswa Aceh di Tiongkok yang tergabung dalam Cakradonya Community bersedia menjadi penghubung bagi lembaga pemerintah dan non-pemerintah jika nantinya dibutuhkan sewaktu-waktu,” pungkas Rian.