Seluruh pengurus dan kader dari organisasi perempuan muda Fatayat Nahdlatul Ulama (Fatayat NU) diminta untuk mempersiapkan semua kader yang berada di daerah untuk memenuhi haknya menjadi pemimpin dan siap untuk diajukan dalam pelaksanaan Pemilu 2014 mendatang.
Ketua PW Fatayat NU Aceh Abriati Yusuf mengatakan keterwakilan politik perempuan adalah meningkatnya posisi perempuan di ranah publik termasuk di bidang politik. Peningkatan keterwakilan politik perempuan di parlemen itu tidak terlepas dari bagaimana partisipasi perempuan di dalam politik sendiri mengingat dalam proses demokratisasi.
“Fatayat NU sekarang dan seterusnya adalah penerus perjuangan para aktivis perempuan Islam yang sudah berjuang sejak masa perjuangan kemerdekaan. Bahkan pendiri Fatayat NU sudah berjuang sebelum kemerdekaan, khusunya dalam hal pengentasan buta huruf bagi kalangan masyarakat” katanya.
Abriaty menambahkan Fatayat NU mencoba menumbuhkan kesadaran dari pihak perempuan untuk aktif dalam politik maupun pemerintahan dengan mengembangkan wacana kehidupan sosial yang konstruktif, demokratis dan berkeadilan gender.
Sementara staf ahli Gubernur Aceh Ismayani mengatakan kiprah organisasi perempuan muda Fatayat Nahdlatul Ulama (Fatayat NU) dalam berbagai bidang mendapat apresisi dari Pemerintah. Pemerintah juga akan memprioritaskan pembangunan gedung Fatayat NU Aceh yang nilainya mencapai Rp 3 Miliar.
“Fatayat NU sebagai organisasi perempuan muda sudah sangat banyak membantu kemajuan daerah Aceh. Bahkan, kehadiran Fatayat sangat banyak member andil bagi jalannya kinerja pemerintah selama ini. Semua mengetahui bahwa Fatayat NU sebagai tempat berkumpulnya aktifis muda perempuan yang sangat konsistem mengabdi bagi bangsa” ungkapnya.
Ismayani menambahkan, kiprah Fatayat NU semakin efektif dan nyata lantaran pada umumnya seorang perempuan mudah mengulurkan tangan pada orang yang membutuhkan. Selain itu, perempuan juga memiliki kesetiaan pada pengabdian, sehingga hal ini bisa menjadi jaminan bagi eksistensi Aceh ke depan.