Science Film Festival 2025 Angkat Tema “Green Jobs” untuk Pelajar

Science Film Festival kembali hadir di Indonesia untuk ke-16 kalinya dan menyapa para pelajar di Aceh Besar serta Banda Aceh pada 18–20 November 2025.

Festival yang diprakarsai Goethe-Institut ini berlangsung sepanjang November di 70 kabupaten/kota secara hybrid, mengusung tema “Green Jobs” dengan menghadirkan film-film internasional serta eksperimen sains interaktif yang dirancang untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap sains dan isu lingkungan.

Di Aceh Besar, penyelenggaraan festival dilakukan di Pesantren Modern Al Falah Abu Lam U pada 18 November dan MA Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa pada 19 November. Sementara di Banda Aceh, kegiatan berlangsung di SMKN 1 dan SMKN 2 pada 20 November. Sekitar 300 santri dan santriwati di Pesantren Modern Al Falah Abu Lam U mengikuti pemutaran empat film dari Jerman dan tiga eksperimen sains yang digelar sejak pagi hingga siang. Salah satu film yang ditonton adalah nine-and-a-half: Underwater Noise – Why is the Ocean So Loud? yang mengangkat penelitian mengenai dampak kebisingan laut terhadap anjing laut.

Tema “Green Jobs” dipilih untuk menyoroti pentingnya pekerjaan ramah lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Pekerjaan hijau dianggap memiliki prospek masa depan yang kuat sekaligus menjadi kontribusi nyata dalam mengatasi tantangan lingkungan global. Koordinator Science Film Festival, Debora Kezia, menjelaskan bahwa festival ini menekankan pentingnya gaya hidup dan praktik berkelanjutan, serta keahlian yang diperlukan dalam penerapan teknologi ramah lingkungan.

“Kami percaya sains bisa menyenangkan. Melalui film-film dari berbagai negara, kami ingin mendorong generasi muda untuk menemukan, mengeksplorasi, dan berinteraksi dengan sains,” ujarnya saat kegiatan di Pesantren Al Falah Abu Lam U pada Selasa, 18 November 2025.

Pimpinan Pesantren Modern Al Falah Abu Lam U, Muhammad Fajri, mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini karena mampu membuat sains lebih mudah dipahami dan digemari oleh anak-anak. Ia menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan isu kritis yang perlu dipahami dan diantisipasi bersama. Melalui festival ini, para santri diharapkan menjadi pribadi yang lebih kritis dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Science Film Festival 2025 di Indonesia didukung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi; Kedutaan Besar Republik Federal Jerman; Rolls-Royce; dan Universitas Negeri Jakarta. Tahun ini festival menayangkan 16 film dari tujuh negara—Jerman, Republik Ceko, Belanda, Uruguay, Afrika Selatan, Argentina, dan Britania Raya—yang dipadukan dengan enam eksperimen sains relevan. Seluruh film diputar secara bergilir di sekolah, universitas, pusat sains, dan komunitas, serta melalui Zoom untuk peserta daring. Selain Aceh, festival ini menjangkau berbagai daerah seperti Arguni, Balige, Bukittinggi, Ende, Gowa, Larantuka, Manokwari, Palangkaraya, Poso, Soe, Tanah Merah Baru, Waingapu, dan banyak daerah lainnya.

Sejak pertama kali digelar di Thailand pada 2005, Science Film Festival secara konsisten mendorong literasi sains bagi pemuda di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Di Indonesia, festival ini mulai diadakan pada 2010 dan pada tahun lalu berhasil menjangkau sekitar 130.000 peserta. Science Film Festival diselenggarakan oleh Goethe-Institut bersama mitra lokal, lembaga pendidikan, kementerian, komunitas, dan relawan yang memfasilitasi pemutaran film dan kegiatan edukatif.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads