Museum Harun Keuchiek Leumiek Persembahan Budaya untuk Masyarakat Aceh

Pendiri sekaligus pemilik Museum Harun Keuchiek Leumiek (HKL), yang juga Ketua Pembina Yayasan Harun Keuchiek Leumiek, Tgk. H. Muhammad Kamaruzzaman, SE, menegaskan bahwa pembangunan Museum HKL merupakan bentuk persembahan pribadi untuk masyarakat Aceh.

Putra dari almarhum Harun Keuchiek Leumiek—yang akrab disapa Haji Memed—ini berharap museum tersebut menjadi pusat pengembangan budaya Islam dan sejarah Aceh yang berdaya guna bagi generasi mendatang.

Haji Memed mengatakan bahwa museum yang sedang dibangun ini sepenuhnya menggunakan anggaran pribadi sebagai bentuk persembahan untuk masyarakat. Menurutnya, Museum HKL bukan sekadar tempat penyimpanan benda kuno, tetapi juga akan menjadi pusat pengembangan budaya masa lalu dalam konteks kekinian. Memed pun memohon doa dan dukungan masyarakat Aceh agar proses pembangunan dapat berjalan dengan lancar.

Museum yang berlokasi di Gampong Lamseupeung, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh, kini memasuki tahap akhir pembangunan. Proses registrasi dan penataan koleksi sedang berlangsung. Menurut Haji Memed, koleksi sejarah dan budaya akan ditempatkan di lantai I dan II, sementara lantai III akan difungsikan sebagai aula besar, ruang digital interaktif, ruang rapat, dan ruang tamu. Memed menargetkan museum tersebut dapat mulai beroperasi secara resmi pada tahun 2026.

Memed menambahkan bahwa museum ini diharapkan menjadi wadah edukasi dan apresiasi budaya Islam di Aceh, serta mengajak masyarakat untuk ikut merasa memiliki dan menjaga keberlangsungannya.

Sementara itu Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh Piet Rusdi bersama tim pengembang museum, baru-baru ini mengunjungi lokasi pembangunan Museum HKL yang terletak di kompleks Masjid Harun Keuchiek Leumiek. Dalam kunjungan tersebut Piet Rusdi menyampaikan apresiasi luar biasa terhadap kemegahan bangunan museum yang dinilainya sangat representatif dan sarat nilai seni budaya Islam.

Piet Rusdi mengatakan BPK Wilayah I Aceh sangat berterima kasih kepada Tgk. H. Muhammad Kamaruzzaman beserta keluarga karena telah menghadirkan Museum Seni Islam pertama di Aceh dengan koleksi yang sangat lengkap. Menurut Piet, koleksi peninggalan almarhum Haji Harun Keuchiek Leumiek merupakan khazanah berharga bagi bangsa dan menjadi dorongan semangat bagi BPK untuk terus mendukung pelestarian budaya Aceh.

Piet juga menilai lokasi museum yang strategis—berada di dalam kompleks masjid dan di tepi Sungai Krueng Aceh—sangat tepat untuk pengembangan kebudayaan dan wisata sejarah Aceh. Piet menyebutkan BPK Wilayah I Aceh akan melaporkan perkembangan pembangunan Museum HKL kepada Kementerian Kebudayaan RI di Jakarta guna menjajaki kerja sama dalam registrasi koleksi dan pengembangan teknologi museum di masa mendatang.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads