Upaya para pelaku usaha lokal di Sabang untuk meningkatkan nilai tambah biji kakao kini membuahkan hasil nyata. Melalui Koperasi Produsen Kakao Jaya Mandiri, sebanyak 30 petani kakao di Sabang berhasil mengolah hasil panennya menjadi produk cokelat bernilai tinggi di bawah merek Cokbang, yang kini digemari tidak hanya oleh warga lokal tetapi juga wisatawan mancanegara.
“Dulu kami hanya menjual biji kakao mentah. Lalu kami berpikir, mengapa tidak kita olah sendiri agar harganya lebih tinggi. Akhirnya kami membeli biji dari petani seharga Rp50.000 per kilogram dan mengolahnya menjadi cokelat,” ujar Melan Meta Diansyah, Kepala Bidang Produksi Koperasi Produsen Kakao Jaya Mandiri, di Sabang.
Produksi Cokbang dimulai sejak Januari 2023 dengan peralatan sederhana. Setelah mendapat bantuan mesin dari Bank Indonesia pada 2024, kapasitas produksi meningkat pesat. Produk yang awalnya hanya empat jenis kini berkembang menjadi 14 varian cokelat olahan, termasuk tiga jenis cokelat premium (50%, 70%, dan 80%) serta tujuh varian cokelat kompon.
Dengan kapasitas produksi saat ini mencapai 40 kilogram per minggu, omzet Cokbang pun melonjak dari belasan juta rupiah menjadi Rp300–360 juta per tahun, menggunakan 1,7–1,8 ton biji kakao lokal setiap tahunnya. “Kalau kapasitas mesin diperbesar, kami bisa mencapai 80–100 kilogram per minggu,” tambah Melan.
Produk Cokbang kini menjadi oleh-oleh khas Sabang bagi wisatawan domestik dan internasional. Salah satunya adalah Nur Syaza, wisatawan asal Malaysia yang terkesan dengan cita rasa cokelat khas Sabang, “Memang enak. Masamnya, coklatnya manis. Enak!” ujarnya sambil tersenyum setelah membeli cokelat isi cranberry dan kacang mete di gerai Cokbang. Syaza mengaku ini adalah kunjungan pertamanya ke Sabang, dan rasa cokelat lokal tersebut meninggalkan kesan mendalam.
Koperasi Produsen Kakao Jaya Mandiri, yang berlokasi di Desa Anak Laut, Kecamatan Sukakarya, Sabang, kini menaungi 47 anggota, terdiri dari petani dan pengolah kakao. Pemerintah daerah juga turut mendukung dengan program replanting bagi kebun kakao berusia di atas 30 tahun. Pada 2024, dinas terkait telah menyalurkan 24.000 bibit kakao baru yang diperkirakan mulai berbuah pada 2026–2027.
“Dengan dukungan mesin, bibit baru, dan meningkatnya minat wisatawan, kami optimistis Cokbang bisa menjadi simbol kebanggaan Sabang dan memperkenalkan cokelat Aceh ke dunia,” tutup Melan optimis.


