Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh menggelar Pidato Perdamaian dan Penyerahan Penghargaan Ar-Raniry kepada Tokoh Perdamaian Aceh, Kamis (14/8), dalam momentum peringatan dua dekade MoU Helsinki.
Perdamaian merupakan hadiah yang harus disyukuri dan dijaga bersama, demikian sebut Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Mujiburrahman, dalam pidato pembukaan. Ia mengatakan bahwa perdamaian tidak hadir secara tiba-tiba, “melainkan hasil dari proses panjang penuh pengorbanan, kebijaksanaan, dan kesabaran.”
Meski telah dua dekade Aceh damai, mantan Gubernur Aceh periode 2012–2017, Dr. Zaini Abdullah (Doto Zaini), menilai masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan perdamaian. Menurutnya, perbaikan dapat dilakukan melalui kesepahaman antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Pusat.
“Banyak yang sudah dibuat, dan mudah-mudahan akan terus berlanjut. Jangan sampai ada lagi ketimpangan antara Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat” katanya.
Sementara itu, Shadia Marhaban, salah satu anggota tim perunding Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki dan penerima penghargaan Tokoh Perdamaian Aceh dari UIN Ar-Raniry, mengungkapkan besarnya perubahan yang dirasakan masyarakat Aceh setelah damai. Ia menilai perdamaian telah membawa kemajuan di bidang ekonomi, pendidikan, hingga peran perempuan dalam berbagai sektor.
“Dulu konflik membuat masyarakat sangat sengsara. Setelah adanya MoU Helsinki, ekonomi dan pendidikan berkembang. Meski begitu, ekspektasi terhadap perdamaian tetap harus dikawal agar menjadi contoh bagi dunia” tutur Shadia.
Ia juga berharap generasi muda Aceh bisa mengambil peran aktif dalam menjaga perdamaian. “Kami yang tua sudah berjuang, sekarang giliran anak-anak muda yang mengisinya dengan pendidikan tinggi dan ekonomi yang positif,” tambahnya.
Sementara mantan Gubernur Aceh periode 2007–2012, Irwandi Yusuf, menegaskan pentingnya peran generasi muda. Ia menilai Aceh mampu menunjukkan hal berbeda dibanding wilayah lain yang kembali berkonflik setelah 20 tahun.
“Lazimnya, di tempat lain 20 tahun biasanya sudah kembali berkonflik, tetapi di Aceh tidak ada lagi begitu, jadi, jaga dan rawat perdamaian ini” pesan Irwandi.
“Generasi muda harus menjadi penjaga estafet perdamaian, bukan hanya penikmat hasilnya” ujar Prof. Mujiburrahman menambahkan. Karena itu, “Dialog selalu lebih mulia daripada kekerasan. Pembangunan akan bermakna hanya jika dibangun di atas pondasi keadilan dan persatuan.” (Nurul Ali)


