Makanan tradisional adalah warisan kuliner yang kaya rasa, mencerminkan budaya dan sejarah suatu daerah. Setiap hidangan memiliki resep dan teknik memasak yang diwariskan turun-temurun, menciptakan keunikan yang menggugah selera sekaligus menjaga identitas budaya.
Salah satu makanan tradisional yang terkenal adalah Serundeng, lauk pendamping nasi atau ketupat yang terbuat dari kelapa parut, dimasak dengan rempah lain.
Dulu, Serundeng hanya disajikan pada hari-hari besar, namun kini tersedia dalam kemasan praktis, sehingga bisa dinikmati kapan saja dan di mana saja.
Hamdani adalah salah satu pebisnis makanan kemasan yang berperan dalam melestarikan Serundeng sebagai hidangan siap saji. Tidak hanya menghadirkan rasa original, ia juga menawarkan berbagai varian rasa melalui mereknya, Nakusuka.
Usaha rumahan ini berdiri sejak 2022 di Desa Cot Masjid, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh.
Produk andalannya adalah Serundeng yang dipadukan dengan kacang dan ikan Teri Medan, menciptakan cita rasa khas yang lezat dan inovatif.
“Selain serundeng teri medan, kita juga punya Serundeng bawang goreng, Serundeng kelapa temurui Aceh, ini adalah produk baru kita, terakhir ada rempeyek kacang” ungkap Hamdani menjelaskan produk Nakusuka.
Awalnya, bisnis ini berjalan dengan sistem reseller, namun seiring meningkatnya permintaan, Nakusuka mulai mengembangkan produk dengan merek sendiri. Produk pertama yang diperkenalkan adalah Serundeng teri kacang, yang kini telah masuk ke Simpang Lima Grosir dan menjangkau pasar Sumatera melalui mitra kerja sama.
Agar kualitas produk terjaga, Nakusuka konsisten menggunakan bahan baku premium yang di dapatkan dari mitra kerjasamanya, “Kacang tanah yang digunakan dari petani lokal, sementara ikan teri dipilih dengan standar kualitas terbaik, kita jalin kontrak kerjasama dengan mereka, sama-sama berkembang lah bisnis kita” sebut Hamdani.
Ia menambahkan Nakusuka memiliki SOP produksi dan dua dapur produksi yang masing-masing fokus pada produk berbeda. “Kita merekrut tenaga muda dari lulusan SMK Tata Boga agar produksi lebih terorganisir” tuturnya.
Di sisi legalitas, Nakusuka telah memiliki legalitas Halal, izin PIRT dan TKDN. Target berikutnya adalah memperoleh sertifikasi BPOM di tahun 2025 ini.
Hamdani memahami bahwa dalam bisnis, tampilan produk sangat penting. “Awalnya kemasan Nakusuka dalam botol, tetapi setelah mendapat masukan dari rekan UMKM dan mentor BSI, desain kemasan diperbarui agar lebih menarik di pasar” kisahnya berbinar, mengenang manfaat bergabung bersama UMKM BSI Center. Di sana Hamdani belajar tentang pemasaran, legalitas, hingga strategi branding.
Menurutnya, kesuksesan pasti datang, “Sekarang yang terpenting adalah fokus, jangan terlalu memikirkan keuntungan di awal, dan berani mengambil risiko” ujarnya. Ia melanjutkan, “seperti event PON lalu, Nakusuka memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan penjualan.”
Selain itu, Nakusuka percaya bahwa dalam dunia usaha, setiap UMKM bukanlah saingan, melainkan mitra. Oleh karena itu, kolaborasi dan berbagi pengalaman dengan UMKM lain menjadi penting dalam perjalanan bisnis.
Ke depan, Nakusuka menargetkan akan memperkuat pasar di Banda Aceh dan Aceh Besar terlebih dahulu. “Jika pasar lokal sudah kuat, kepercayaan dari pasar nasional dan internasional akan lebih mudah didapatkan” yakinnya.
Saat ini, Nakusuka berfokus pada penjualan offline dengan sistem kerja sama. Produk Nakusuka telah tersedia di toko souvenir Banda Aceh, Aceh Besar. Untuk pasar Sumatera, Nakusuka menjalin kemitraan dengan Napoleon Medan. Di ranah digital, Nakusuka juga tersedia di Shopee, Tik Tok store dan Instagram dengan nama Nakusuka. (Nurul Ali)


