Fashion batik terus bertransformasi, menyatu dengan tren fashion modern tanpa kehilangan nilai tradisionalnya. Dari busana kasual hingga pakaian formal, batik hadir dalam berbagai inovasi desain yang menarik.
Salah satu brand lokal Aceh yang konsisten menghadirkan fashion batik adalah Baimee. Mengusung motif tradisional Aceh yang kaya sejarah dan budaya, Baimee hadir dan memperkenalkan kekayaan seni daerah paling ujung Sumatera kepada khalayak luas.
Berawal dari perjalanan sang pendiri, Rahmi Bustami, yang aktif di berbagai kegiatan sosial dan berkesempatan berkeliling Aceh, ia menemukan keunikan motif batik di setiap daerah dan terinspirasi untuk mengangkatnya ke dalam desain produk fashion.
Pada akhir tahun 2022, ia mulai menyusun konsep produk dengan mendesain hijab sebagai produk awal Baimee. Desain pertama yang ia angkat adalah motif kopi dan kerawang Gayo, ditambah dengan motif Bungong Meulu.
Proses mendesain ini memakan waktu hingga tiga bulan karena adanya berbagai perubahan untuk memastikan hasil yang sesuai. Produksi hijab dilakukan melalui kerja sama antara vendor printing kain di Bandung dan Jakarta, karena belum adanya layanan printing kain di Aceh saat itu.
Nama Baimee sendiri bukan hanya berasal dari nama Rahmi Bustami, tetapi juga memiliki filosofi tersendiri. “Baimee terdengar seperti “beli saya” yang menjadi ajakan kepada pelanggan untuk memiliki produk ini” sebut Rahmi.
Selain itu, logonya yang mengandung huruf B dan M dengan elemen hati, “Menggambarkan kecintaan terhadap karya dan kreativitas” ungkapnya. Baimee menawarkan dua jenis produk utama hijab printing mengusung desain yang bercerita tentang sejarah dan budaya Aceh, “Seperti sejarah Gunongan dalam Kerajaan Aceh dan motif Cakradoenya yang berkaitan dengan Laksamana Cheng Ho” paparnya.
Lalu ada batik cap, “Ready to wear, produk ini mencakup dress, outer, dan crop top” jelasnya. Dengan motif khas Aceh seperti Bungoeng Situnjung dari Aceh Selatan, Haey Pasee dari Aceh Utara, dan motif Gayo lainnya.
Dengan desain yang lebih fashionable, produk batik Baimee menyasar anak muda, sementara hijab lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Dalam memilih warna, Baimee mengikuti tren yang disukai pasar. “Terutama warna-warna soft yang lebih elegan” lanjut Rahmi.
Untuk hijab, Baimee memproduksi sekitar 200 lembar per tiga bulan. Sementara itu, batik diproduksi secara rutin di rumah batik. Menariknya, produk ready to wear dijahit oleh ibu-ibu di sekitar tempat produksi Baimee, mereka diberikan mesin jahit untuk bisa bekerja dari rumah tanpa mengganggu peran mereka sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
Demi mempertahankan kualitas produknya, Baimee bekerja sama dengan Rumoeh Batik, yang menjadi bagian dari Koperasi Aceh Baru. “Pengrajin di sana telah mendapatkan pelatihan langsung dari instruktur batik dari Pulau Jawa” tambahnya. Proses batik cap dilakukan secara manual dengan teknik cap lilin dan pewarnaan tradisional, membuat setiap produk Baimee unik.
Di Ramadan dan Idulfitri 1446 Hijriah, Baimee telah menyiapkan motif terbaru yang telah diluncurkan. Untuk menarik minat pembeli, salah satu strategi yang dilakukan oleh Baimee adalah dengan giveaway berbasis edukasi, di mana pelanggan menebak motif dan sejarahnya untuk mendapatkan hadiah.
“Ini menjadi cara marketing manjur untuk calon pelanggan baru sekaligus mengenalkan budaya Aceh lebih luas” ucap Rahmi mantap.
Seiring berjalannya waktu, Rahmi juga menghadapi tantangan dalam berbisnis fashion batik. Ia menilai masyarakat masih menganggap sama antara batik cap dengan batik printing, padahal tidak.
“Batik cap memiliki warna yang sama di bagian depan dan belakang kain serta memiliki keunikan karena dibuat secara manual” tunjuknya. Sementara itu, batik printing memiliki pola yang seragam dengan bagian belakang kain yang lebih pudar.
Untuk meningkatkan jangkauan pasar pelanggan, Baimee memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook untuk branding produk. Produk Baimee juga tersedia di Shopee dan Tokopedia. Rahmi mengatakan, “Baimee juga aktif mengikuti berbagai pameran lokal maupun nasional.”
Saat ini, Baimee sedang memulai persiapan untuk ekspansi ke pasar luar negeri, seperti mempersiapkan brosur dan katalog produk dalam bahasa Inggris untuk mengikuti Ekspo Halal di Mekah bersama MES Aceh Besar. “Kita buat dalam bahasa Inggris untuk menarik perhatian pembeli dari luar negeri” tutupnya. (Nurul Ali)