Kelulusan SNBP 2025, Aceh Diperingkat Lima Nasional

Aceh mencatat pencapaian signifikan dalam Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) 2025. Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, mengungkapkan meskipun Aceh menempati peringkat kelima secara jumlah penerimaan, jika dilihat dari persentase, Aceh justru menjadi yang tertinggi di Indonesia.

SNBP adalah jalur masuk perguruan tinggi yang kriterianya didasarkan pada prestasi siswa, terutama nilai rapor sejak awal mereka masuk SMA, SMK, atau MA. “Alhamdulillah, tahun ini hasilnya lebih baik dibanding tahun lalu” kata Marthunis.

Ia menyebutkan bahwa ada banyak faktor yang mendukung keberhasilan tersebut, selain dari sisi siswa, “Kemudian, strategi dalam memilih jurusan serta doa juga memiliki peran penting” tambahnya.

Universitas Malikussaleh (Unimal) menjadi salah satu perguruan tinggi di Aceh yang penerimaan jumlah mahasiswa terbanyak melalui SNBP. Jumlah siswa yang lulus melalui jalur ini yaitu 3.264 siswa dari total jumlah mahasiswa yang akan diterima pada tahun 2025 ini yaitu 7.190 siswa.

Humas Unimal, Teuku Kemal Pasha, saat dihubungi Radio Antero menjelaskan jumlah ini lebih besar dari kebijakan yang ditetapkan nasional yaitu sekitar 20%. “Sekaligus sebagai bentuk komitmen Unimal dalam memberikan akses pendidikan tinggi bagi mahasiswa kurang mampu, termasuk penerima Program Keluarga Harapan (PKH) yang memiliki semangat belajar” tegasnya.

Hal ini menjadikan kuota penerimaan mahasiswa baru dari jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) dan seleksi mandiri (SMMPTN) menjadi lebih kecil. “Jadi, proporsi kuota penerimaan dari jalur lain akan berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya,” sebutnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan Tabrani Yunis mengapresiasi prestasi Aceh tersebut, namun ia juga menyoroti bahwa pencapaian ini lebih menguntungkan siswa yang memiliki akademik baik, sementara masih menjadi polemik bagi siswa dengan nilai rendah.

“Terutama di daerah yang akses informasinya masih jauh dari pusat kota serta siswa dengan tingkat literasi, numerasi, dan sains yang rendah” tegasnya.

“Jika ingin melihat kualitas pendidikan secara lebih objektif, kita bisa meminta data dari universitas-universitas seperti USK dan UIN. Berapa banyak siswa dari SMA dan SMK Aceh yang diterima di perguruan tinggi ini? Bagaimana perbandingannya dengan siswa dari luar Aceh? Data ini bisa menjadi indikator nyata untuk menilai efektivitas kebijakan pendidikan kita” lanjutnya.

Ia menilai, selama ini strategi yang dilakukan lebih banyak berfokus pada peningkatan kemampuan siswa dalam menjawab soal UTBK, tetapi belum menyentuh akar permasalahan utama di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi Aceh.

“Gerakan literasi yang serius harus dibangun di Aceh sebagai strategi utama untuk mengatasi akar permasalahan pendidikan” imbuhnya.

Meski jumlah siswa di Aceh yang lolos SNBP tinggi, Marthunis mengingatkan bahwa masih ada tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT), yang lebih mencerminkan kualitas pendidikan secara nasional.

Sehingga untuk meningkatkan nilai UTBK, berbagai persiapan dilakukan, termasuk try-out berkala, pelatihan guru dalam menyusun soal berbasis Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), serta bimbingan belajar daring bagi siswa di daerah dengan akses terbatas terhadap bimbel konvensional. (Nurul Ali)

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads