Memulai bisnis dengan perputaran modal usaha cepat tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha, terlebih bagi pemula. Bahkan, tak jarang usaha harus gulung tikar.
Beda cerita bagi Resti, yang berusaha menaklukkan tantangan itu dengan melihat peluang bisnis yang selalu dibutuhkan sekaligus menjadi solusi dari masalah yang ada. Ia tertarik untuk menggali lebih dalam tentang peluang usaha yang bisa dimulai dengan modal kecil tetapi tetap memberikan keuntungan cepat.
Resti bercerita bahwa ia menemukan ide usahanya dari kebiasaannya scrolling di YouTube, mencari tren dan referensi yang bisa dijadikan usaha.
“Salah satu yang menarik perhatian saya adalah tren minuman viral yang muncul” ungkapnya. Dari semua ide yang muncul, ia melihat potensi besar pada minuman es serut, terutama setelah melihat tren Es Kuwut Kasturi yang sedang populer di Jawa tetapi belum ada di Banda Aceh.
“Kenapa minuman? Karena modalnya tidak sampai jutaan dan perputaran modalnya cepat setiap hari” ungkap Resti. Ia pun mencoba memanfaatkan peluang tersebut dengan mulai berjualan Es Kuwut Kasturi di Car Free Day (CFD) setiap hari Minggu. Ia menyebutkan bahwa pembeli memberikan respons positif terhadap produknya, dan ia menilai eS Candu bisa menjadi solusi minuman segar yang bisa dinikmati kapan saja.
Kini, eS Candu terus menambah varian rasa. “Awalnya hanya Es Kuwut Kasturi, tapi seiring waktu, kami menambah varian baru seperti Es Pokat Teler dan beberapa rasa lainnya, seperti cokelat, taro, sunkist, dan es buah Simeulue,” terangnya.
Menurutnya, untuk menonjolkan ciri khas Es Kuwut Kasturi miliknya dari produk serupa di pasar ialah dengan memberikan jeruk kasturi asli.
“Kami menggunakan jeruk kasturi, sensasinya segar dan wanginya khas, berbeda dari lemon atau jeruk nipis yang biasa digunakan dalam minuman serupa di daerah lain, khususnya di Pulau Jawa” ungkap Resti.
Ia juga mengembangkan resep Es Pokat Teler sesuai dengan selera pasar pelanggan eS Candu. “Berbeda dengan kebanyakan Es Pokat Teler yang menggunakan susu, kami menambahkan santan ke dalam resep untuk memberikan rasa yang lebih gurih dan creamy” ujarnya.
Kedua produk tersebut menjadi favorit utama di kalangan pelanggan, terutama saat bulan puasa. Rasa yang khas dan segar membuat kedua minuman ini laris manis. Ia terus berusaha menjaga konsistensi rasa dan berinovasi dengan produk minuman baru.
“Agar pelanggan tidak bosan dan tetap tertarik dengan produk kami” imbuhnya. Aspek lain yang diperhatikan oleh Resti adalah bahan baku. Ia mengatakan bahwa ia mengambil bahan baku langsung dari petani lokal, seperti alpukat dari Gayo Lues dan Aceh Tengah.
“Ini juga membantu kami mempertahankan harga jual yang tetap stabil, meskipun ada kenaikan harga bahan baku di pasaran” tambahnya.
Target pasar eS Candu cukup luas, mulai dari anak-anak usia 10 tahun hingga orang dewasa usia 50 tahun. Minuman ini aman dikonsumsi oleh semua umur serta telah memiliki legalitas halal dan sedang dalam proses mendapatkan izin PIRT (Produksi Industri Rumah Tangga).
“Harganya juga terjangkau, mulai dari Rp5.000 hingga Rp8.000, dengan ukuran cup besar” terang Resti.
Untuk strategi pemasaran, ia aktif bergabung dalam berbagai komunitas UMKM, seperti UMKM BSI Center Banda Aceh, serta memanfaatkan platform digital seperti Instagram dan TikTok.
Dalam sehari, eS Candu mampu menjual sekitar 200 hingga 250 cup. “Awalnya hanya saya sendiri yang menjalankan usaha ini, tapi dengan berkembangnya eS Candu, suami saya juga sudah ikut terlibat penuh dalam bisnis kami” sebutnya.
eS Candu berlokasi di Jalan Iskandar Muda, Blang Oi, Ulee Lheu, tepat di depan kolam bekas tsunami sebelum Hotel Grand Permata Hati.
Usahanya buka setiap hari Senin hingga Sabtu, dari pukul 11.00 hingga pukul 17.00, serta selalu hadir di CFD setiap Minggu pagi. “Di bulan Ramadan, kami buka pukul 17.00 dan juga meluncurkan produk baru” pungkasnya. (Nurul Ali)
eS Candu, Kembangkan Usaha Minuman dengan Modal Minim, Memang Bisa?
Google ads