Nasi minyak merupakan salah satu makanan yang disukai oleh masyarakat Aceh. Dibalik rasanya yang lezat, ternyata proses pembuatannya dianggap merepotkan sehingga nasi minyak kemasan menjadi solusi yang tepat.
Peluang inilah yang dilihat oleh Bitata, yag menghadirkan varian produk makanan rumahan menjadi cepat saji, salah satunya bumbu nasi minyak praktis dengan tetap enak seperti masakan rumahan.
Nama Bitata merupakan singkatan dari Biar Tambah Takwa dan berasal dari bahasa Arab, “batotis,” yang berarti ketela ungu. Awalnya, tidak menjual produk kemasan seperti sekarang, melainkan kue semprong atau yang dikenal sebagai kue sepit dengn ditambahkan ketela Ungu. Kini, Brand yang telah hadir sejak 2017 memudahkan siapa saja menikmati hidangan istimewa.
Ratu, pemilik brand Bitata mengatakan sebelum memiliki 16 varian produk, Bitata hanya berfokus pada bumbu nasi minyak dengan kejelian melihat akan kebutuhan pasar, “Saat itu, produk yang kami jual bukan hanya berdasarkan keinginan kami, tetapi juga kebutuhan pasar,” ujarnya mengawali cerita.
Ekspansi produk yang beragam hadir karena ia melihat sulitnya menemukan makanan ringan untuk anak yang tanpa pengawet, “Karena itu, kami mencoba membuat resep camilan yang aman dikonsumsi anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui, seperti Jejuku, Keripik Kentang juga Bawang Goreng,” lanjutnya.
Sejak awal merintis usahanya, Ratu mencermati tantangan yang berbeda setiap tahunnya, Menurutnya tahun pertama tantangan yang dihadapi menguji bagaimana rasa dari produk Bitata dapat diterima oleh masyarakat seperti rasa dan keunikan yang dimiliki, “Setiap tahun ada masalah yang berbeda-beda sesuai perkembangan bisnis,” sebutnya.
Menurutnya setelah produk diterima, tantangan berikutnya adalah menemukan pasar, “Setelah pasar ditemukan, tantangan bergeser ke masalah produksi, tempat produksi semakin sempit, bahan baku harus tersedia dalam jumlah besar, tetapi kami belum tahu harus membelinya di mana,” kenangnya.
Beruntung, Bitata memutuskan bekerja sama dengan petani lokal untuk memastikan ketersediaan bahan baku seperti bawang goreng dan keripik kentang yang membantu menjaga konsistensi kualitas produk, “Senangnya, kami ikut memberdayakan petani Aceh.”
Pekerjaan produksi yang dulunya hanya dilakukan oleh Ratu dan pasangannya, kini telah dibantu oleh 28 karyawan yang merupakan masyarakat sekitar, terutama Ibu Rumah Tangga dan memberi dampak baik bagi penghasilan keluarga mereka.
Proses produksi yang masih dikerjakan manual membuat konsumen bertanya mengapa tak menggunakan mesin untuk produksi? Ratu memberi alasannya, “Namanya bisnis tentu harus berbagi rezeki dengan orang lain. Kalau ditanya mampu membeli mesin atau tidak, sebenarnya kami mampu, tapi, ada plus-minusnya misalnya, menggunakan mesin pengupas bawang terkadang hasilnya kurang bersih. Sementara itu, pengupasan manual oleh ibu-ibu lebih rapi dan bersih.”
Bitata terus mengedukasi masyarakat melalui produk tanpa pengawet di produk mereka seperti mencantumkan informasi terkait kandungan di kemasan produknya, “Misalnya, mencantumkan informasi tentang gramasi, kode produksi, tanggal kedaluwarsa, dan komposisi, sehingga konsumen tidak ragu untuk memilih produk Bitata” jelas Ratu.
Bitata juga telah memiliki sertifikat halal, izin edar dari PIRT, dan legalitas lainnya yang lengkap, “ini penting untuk membuat konsumen percaya pada sebuah produk.
Di tahun 2024 ini, Bitata menjadi salah satu finalis dalam kompetisi Aceh Muslim Preuner yang diselengarakan oleh BSI Aceh, Bitata keluar sebagai juara 1 pada kategori Sustainable. Ajang tersebut membuka peluang pasar bagi BItata untuk dikenal lebih luas di masyarakat, tidak hanya lokal dan Nasional tapi juga Global.
“Awalnya, kami tidak terlalu memikirkan hadiah karena niatnya ingin belajar, kemenangan ini bonus bagi kami, ternyata dampak kemenangan itu besar sekali, selain mendapat ilmu, kami menjadi lebih dikenal, bahkan nama Bitata ikut dipromosikan di berbagai tempat” cerita Ratu bersemangat.
Ia melanjutkan, “Sebagai UMKM, tidak hanya berjualan saja atau memiliki motivasi besar saja, tetapi juga harus dibarengi dengan semangat belajar, nah belajar ini kita di BSI UMKM Center dua kali sebulan seperti pendampingan bisnis dan pelatihan pemasaran dan promosi di media digital.”
Setelah AMP 2024, saat ini Bitata sedang berfokus pada pengembangan pasar lokal di Aceh baik secara offline maupun online, “Bitata juga udah sampai ke luar negeri, tapi bukan kami yang melakukan eksport, lebih ke yang dibawa sebagai oleh-oleh, dan berharap produk Bitata semakin dikenal dan diminati, baik di dalam mau pun luar negeri” tutupnya. (Nurul Ali)