Delapan Guru Besar UIN Ar-Raniry Dikukuhkan

0
10

Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh mengukuhkan delapan guru besar dalam Rapat Senat Terbuka yang digelar di Auditorium Prof Ali Hasjmy Darussalam Banda Aceh, Rabu (29/5/2024).

Pengukuhan dilakukan oleh Inspektur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Dr H Faisal Ali Hasyim dan turut disaksikan Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof Dr Mujiburrahman MAg, anggota senat serta para wakil rektor.

Mereka yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Phil. H. Abdul Manan, S.Ag., M.Sc., M.A. (Guru Besar Bidang Ilmu Antropologi), Prof. Jarjani Usman, S.Ag., S.S., M.Sc., M.S., Ph.D. (Guru Besar Bidang Ilmu Bahasa Inggris), Prof. Dr. Kusmawati Hatta, M.Pd. (Guru Besar Bidang Ilmu Bimbingan dan Konseling), Prof. Dr. Ridwan Nurdin, MCL. (Guru Besar Bidang Ilmu Fiqh).

Kemudian Prof. Dr. H. Muhibbuthabry, M.Ag. (Guru Besar Bidang Ilmu Hukum Islam), Prof. Dr. Soraya Devy, M.Ag., M.Ed. (Guru Besar Bidang Ilmu Fiqh), Prof. Dr. Luthfi Auni, M.A. (Guru Besar Bidang Ilmu Sosiolinguistik), Prof. Dr. Armiadi Musa, M.A. (Guru Besar Bidang Ilmu Fiqh Muamalah).

Dalam sambutannya, Irjen Kemenag Faisal Ali Hasyim menyampaikan pentingnya peran guru besar dalam dunia akademik dan pendidikan. Ia menegaskan bahwa gelar guru besar tidak hanya sebagai simbol prestasi akademik tertinggi tetapi juga sebagai komitmen untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendidik generasi penerus bangsa.

Faisal menekankan bahwa guru besar harus selalu menjunjung tinggi integritas akademik dengan memastikan bahwa setiap penelitian dan publikasi dilakukan dengan kejujuran ilmiah dan menghormati hak cipta. “Integritas akademik juga berarti berkomitmen terhadap pencarian kebenaran ilmiah yang objektif,” ujarnya.

Ia juga mendorong para guru besar untuk terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, baik dalam disiplin ilmu yang digeluti maupun dalam pengembangan ilmu keislaman secara umum. “Penelitian yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat sangat diperlukan,” tambahnya.

Menurut putra Aceh kelahiran Pidie ini, guru besar memiliki peran penting dalam membimbing mahasiswa dan dosen muda. “Sebagai teladan akademik, diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk berprestasi dan mengembangkan potensi diri dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman,” katanya.

Dalam era globalisasi, kolaborasi dan jejaring sangat penting. Dr Faisal berharap guru besar mampu membangun dan mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Ia juga mengingatkan bahwa perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat menuntut para guru besar untuk selalu responsif dan adaptif. “Kita harus peka terhadap isu-isu sosial dan mampu memberikan solusi yang berlandaskan nilai-nilai keislaman,” tegasnya.

Sementara itu, Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof Dr Mujiburrahman MAg menyampaikan rasa syukur dan kebahagiaan atas pencapaian ini. Menurutnya pengukuhan Guru Besar UIN Ar-Raniry adalah momen berharga dan bersejarah bagi kita semua, khususnya bagi saudara-saudari yang dikukuhkan sebagai Guru Besar.

Rektor menegaskan bahwa pengukuhan Guru Besar adalah puncak dari perjalanan akademik yang panjang dan penuh dedikasi. “Gelar ini tidak hanya menunjukkan prestasi akademik tertinggi, tetapi juga mengisyaratkan tanggung jawab besar untuk memajukan ilmu pengetahuan, mendidik generasi muda, dan mengabdi kepada masyarakat,” lanjutnya.

Seorang Guru Besar di UIN Ar-Raniry dipandang sebagai pilar utama dalam pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan. Mereka diharapkan menjadi sumber inspirasi dan teladan bagi mahasiswa dan kolega serta berperan penting dalam membentuk masa depan bangsa melalui pendidikan dan penelitian.

“Untuk mencapai gelar Guru Besar, bapak dan ibu telah melalui proses yang panjang dan penuh tantangan, melalui penelitian yang mendalam, publikasi ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat. Ini menunjukkan bahwa bapak ibu layak menyandang gelar Guru Besar dalam bidang keilmuan masing-masing di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh,” ujar rektor.

Namun, rektor juga mengingatkan bahwa pengukuhan ini bukanlah akhir dari perjalanan akademik. Sebaliknya, ini adalah awal dari tanggung jawab yang lebih besar dalam menjaga dan meningkatkan mutu akademik di kampus. “Sebagai Guru Besar, bapak ibu diharapkan terus berinovasi, berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan menjadi teladan bagi civitas akademika, khususnya bagi dosen muda di kampus ini,” tegasnya.

Lebih lanjut, Prof Mujib menambahkan bahwa peran Guru Besar dalam konteks pendidikan tinggi sangatlah strategis. Mereka harus mampu mengarahkan dan membimbing mahasiswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat dan tantangan global yang semakin kompleks, UIN Ar-Raniry memerlukan figur Guru Besar yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki kemampuan adaptasi dan leadership yang kuat.

Universitas berkomitmen untuk terus mendorong dan memfasilitasi para Guru Besar dalam menjalankan tugasnya. “Kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan akademik yang kondusif, mendukung penelitian dan inovasi, serta mendorong kolaborasi antar disiplin ilmu. Hanya dengan cara ini kita dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap bersaing di kancah global,” tambah rektor.

Diakhir sambutan, Rektor Mujib berharap para Guru Besar dapat terus memberikan kontribusi terbaik untuk kemajuan universitas, khususnya saat ini UIN Ar-Raniry sedang menyempurnakan paradigma keilmuan, sehingga visi Keilmuan, identitas Keilmuan dan produk keilmuan pada level universitas, fakultas dan prodi segera dapat kita selesaikan pada tahun ini, maka konstribusi pemikiran dan keilmuan bapak ibu sangat diharapkan.