SOFYAN DAWOOD DAN SEJUMLAH ALASAN

Sosok fenomenal Sofyan Dawood yang kita kenal sebagai “gerilyawan flamboyan”  dalam sejarah pergerakan perang dan konflik Aceh sebagai juru bicara dan Panglima GAM wilayah Pasee– paling tidak di era darurat militer dan sipil Aceh 2002-2004, kini maju sebagai caleg DPR RI dapil 1 Aceh lewat PDI-P. 

Pilihan maju melalui PDI-P menarik perhatian karena PDI-P dianggap banyak kalangan sebagai bertanggung jawab pada penerapan status darurat militer saat Megawati menjadi presiden –atas proposal Ryamizard Ryacudu. 

Paling sedikit ada 3 alasan bagi saya untuk menilai pertimbangan ketika kaitan pencalegan Bang Yan melalui PDI-P:

Pertama, Momentum Bang Yan maju caleg DPR RI sangat tepat karena revisi UUPA masuk dalam legislasi prioritas yang akan dibahas oleh anggota parlemen yang terpilih pada Pemilu 2024 ini. 

Bang Yan walau punya sejarah dan kedekatan dengan Partai Aceh dan PNA selama ini tidak pernah tertarik untuk  maju pencalonan untuk duduk di DPRA melalui partai lokal tersebut. Lapangan “perang” politik Bang Yan terlalu kecil untuk memperjuangkan kepentingan Aceh di level daerah. Pentas nasional mesti dimasuki untuk kepentingan Aceh yang lebih luas. 

Lalu mengapa pilihan jatuh pada PDI-P walaupun banyak parnas lain yang menawarkan diri? Ini menarik karena PDI-P menguasai parlemen dan mesti ada legislator Aceh “masuk” mengetuk pintu PDI-P ini karena PDI-P dinilai paling berpotensi menjadi sandungan untuk agenda revisi UUPA dan perpanjangan Otsus. PDI-P harus “diinfiltrasi dari dalam” untuk meluruskan pandangan dan paranoid yang keliru dari partai ini tentang Aceh. 

Kedua, Bang Yan — seperti pernah disampaikan dalam beberapa kesempatan — tidak mau “meusunoh-sunoh” atau “meurupah-rupah” dengan orang Aceh lainnya jika maju melalui partai nasional lain. 

Banyak caleg yang telah terpilih dan maju lagi atau baru maju sebagai caleg pada Pemilu ini— melalui jalur partai yang punya koneksi baik dengan Aceh misalnya Nasdem atau Demokrat. Tapi PDI-P? Ini partai yang “dihindari” tapi justeru Bang Yan masuk mengisi slot di sana dengan no urut 1. 

Sejak dipimpin Muslahudin Daud yang punya kapasitas intelektual mumpuni dan koneksi yang baik PDI-P menunjukkan performa yang on the track di Aceh, dan Bang Yan muncul sehingga makin banyak orang Aceh yang lurus di partai ini makin besar potensi partai ini untuk benar juga bersikap terkait kebijakan apa pun tentang Aceh. 

Ketiga, Dalam film The God Father seri ke 3 pada salah satu adegan Al Pacino menyampaikan petuah “dekatkanlah dengan temanmu, tapi lebih dekat lagi dengan musuhmu”. Al Pacino pastinya mengutip falsafah Seni Berperang dari Tsun Zu ahli strategi abad ke 6 SM dari Cina. Untuk itu Bang Yan –kalau pun kita anggap PDI-P dengan sejumlah riwayatnya sebagai “musuh” — Bang Yan sedang merapat ke sana. Kita perlu mengirimkan “Mafioso Italiano” sekelas dan seganteng Al Pacino ke “rimba politik” di pusat kekuasaan di Jakarta sana. 

Kadang-kadang langkah-langkah mafia dibutuhkan untuk mencari keuntungan dan bagi hasil kue pembangunan untuk Aceh. Kita tak cukup hanya menunggu alokasi dana otsus tapi banyak sumber pembangunan lain di sejumlah kementerian baik yang masuk dalam agenda proyek strategis nasional maupun program lain. 

Bang Yan punya cukup kapasitas untuk kita kirim ke parlemen melalui Pemilu 14 Februari 2024 nanti. (Uzair)

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads