Farwiza Farhan, perempuan Indonesia yang menjadi cover majalah ternama dunia TIME edisi Oktober 2022. Dia terpilih masuk dalam daftar TIME100 Next 2022 kategori Leaders.Daftar yang dirilis majalah terkemuka TIME ini berisi daftar seratus tokoh inspiratif yang berasal dari seluruh dunia.
Farwiza yang pernah menjalani pendidikan PhD di Department of Cultural Anthropology and Development Studies, Radboud University Nijmegen, Belanda ini, sempat menjadi salah satu pembicara di konferensi TEDxJakarta, WebSummit, WomenDeliver, One Young World. Termasuk menjadi salah satu narasumber jarak jauh dalam TED Countdown 2021 yang fokus pada isu lingkungan dan krisis iklim.
Kiprahnya dalam mengelola dan melindungi Kawasan Ekosistem Leuser di Sumatra telah menghantarkannya meraih sejumlah penghargaan, yakni National Geographic Wayfinder Award 2022, pemenang 2021 Pritzker Emerging Environmental Genius Award, dan Whitley Awards 2016.
Dia juga konservasionis perempuan yang mendampingi aktor Hollywood Leonardo DiCaprio ketika datang ke Kawasan Ekosistem Leuser pada 2016.
Perempuan asal Aceh ini merupakan Ketua Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di Aceh dengan fokus penguatan, perlindungan, konservasi, dan restorasi Kawasan Ekosistem Leuser. Yayasan HAkA berupaya untuk memperkuat peran masyarakat akar rumput dalam perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam.
Farwiza berharap lanskap Kawasan Ekosistem Leuser yang sangat luar biasa ini terus dijaga karena ini adalah tempat terakhir di dunia di mana satwa langka seperti gajah, badak, harimau, dan orang utan masih hidup bersama di alam liar.
Berikut wawancara lengkap jurnalis anterokini.com dengan Farwiza Farhan.
Bagaimana reaksi awal Anda saat mengetahui masuk dalam pilihan TIME100 Next 2022 kategori Leaders?
Sebenarnya kaget dan tidak menyangka ya karena awalnya ketika saya mendapat email dari editor TIME untuk menominasikan saya sebagai salah satu leaders di TIME100 Next 2022 dan belum tentu saya akan terpilih.
Waktu itu prosesnya saya diminta untuk mengirimkan sedikit informasi tentang pekerjaan yang kami lakukan di yayasan HAkA di Kawasan Ekosistem Leuser. Saya juga diminta untuk melakukan photoshoot biarpun ini belum tentu jadi. Waktu itu saya pikir, “Ya, sudah, dijalani saja.” Ketika kemudian terpilih kaget sih, tetapi itu sebenarnya membuktikan betapa usaha yang dilakukan oleh banyak orang untuk perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser menjadi isu yang sekarang mendunia.
Bagaimana cerita awal terlibat dalam konservasi di Leuser hingga mendatangkan Leonardo DiCaprio?
Awalnya saya terlibat di konservasi Leuser itu melalui Badan Pemerintah. Dulu ada yang namanya Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser. Saya bergabung di tahun 2010, tetapi kemudian di tahun 2012 pemerintah membubarkan BPKEL.
Ketika BPKEL dibubarkan, saya dan kolega-kolega yang lain memutuskan untuk melanjutkan perjuangan yang sudah kita mulai ini dengan membentuk yayasan HAkA. Bagaimana bisa sampai membawa Leonardo DiCaprio? Sejujurnya, itu adalah upaya dari jejaring yang ada di luar negeri. Kebetulan waktu itu ada seorang fotografer yang menjadi mitra dekat kita dan fotografer tersebut kenal dengan sutradara yang sedang syuting film bersama Leonardo DiCaprio. Teman kita ini terus menerus berupaya untuk mengajak Leonardo DiCaprio datang ke Leuser sebagai bagian dari film yang sedang dia buat dan kemudian dipublis menjadi Before the Flood.
Dengan apresiasi ini apa manfaat bagi Anda, Leuser, dan bagi dunia?
Salah satu hal yang sangat ingin kita capai adalah menumbuhkan kecintaan terhadap Kawasan Ekosistem Leuser karena bagaimanapun kalau kita tidak kenal maka kita tidak sayang. Kalau kita tidak sayang maka tidak ada keinginan untuk melindungi. Lanskap seperti Kawasan Ekosistem Leuser itu sangat luar biasa. Ini adalah tempat terakhir di dunia di mana satwa langka seperti gajah, badak, harimau, dan orang utan masih bersama-sama tinggal di alam.
Namun, jangankan masyarakat global, banyak orang di Aceh atau di Indonesia saja tidak kenal dengan Kawasan Ekosistem Leuser. Bagaimana melindungi lanskap yang luar biasa ini kalau kita tidak kenal? Jadi, sebenarnya pencapaian ini merupakan upaya bersama dari banyak orang, tidak hanya civil society, tidak hanya HAkA, tetapi juga masyarakat, mitra kami, pemerintah, dan banyak pihak untuk mendorong pengenalan Kawasan Ekosistem Leuser ke publik yang lebih luas.
Di tengah apresiasi atas masuknya Anda sebagai sosok inspiratif TIME100 Next 2022, ada juga sementara kalangan yang mengeluhkan kucuran program dan dana untuk Leuser tidak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar Leuser, bagaimana penjelasan Anda?
Ini sebenarnya sangat menarik ya, karena kadang-kadang ada tuduhan bahwa LSM seperti menjual Kawasan Ekosistem Leuser untuk dirinya sendiri dan tidak mengatakan kepada masyarakat.
Kadang-kadang perspektif mengenai: Bagaimana sih proses pendanaan itu seharusnya berjalan dan berlangsung? Pembagian alokasi itu sebaiknya seperti apa? Contohnya begini, kalau kita bicara tentang budjet, kita bicara tentang APBA, itu adalah salah satu kemenangan terbesar untuk Aceh dan juga otonomi khusus, tetapi bagaimana proses pendanaan ini diberikan lalu dialokasikan dan dimanfaatkan?
Ketika ada alokasi untuk misalnya pembangunan jalan, mungkin sekelompok orang yang karirnya, usahanya, hidupnya dari proses kontruksi untuk pembangunan jalan, dia akan mendapatkan manfaat. Namun, ketika pembangunan jalan itu berdampak pada terbukanya hutan di kiri kanan jalan, hilangnya tutupan hutan yang pada akhirnya membawa bencana alam seperti banjir dan longsor maka orang-orang yang tinggal di sekitar daerah itu yang akan merasakan mudaratnya.
Kalau ditanya, “Apakah masyarakat pernah mendapatkan manfaat dari dana otonomi khusus, dana APBA yang dialokasikan oleh pemerintah?” Mungkin ada, tetapi karena sering kali selama ini perspektif kita ketika melihat politisi, ketika melihat pendanaan, kita meminta seolah-olah itu adalah sistem patronic.
Kalau kita melihat seorang politisi lalu kita meminta dia membangun sekolah, lapangan bola, rumah sakit, itu seperti kita memperbolehkan seorang politisi tersebut untuk mengambil dari pendanaan yang lebih besar untuk kemudian memberikan sebagian kecil kepada masyarakat dalam bentuk sekolah, lapangan bola atau pembangunan-pembangunan lain padahal seharusnya itu semua sudah ada porsinya.
Jadi, kalau ditanya, “Jutaan dollar yang mengalir ke Leuser, apakah dampaknya tidak dirasakan oleh masyarakat?” Itu tidak mungkin.
Mungkin proses bagaimana pendanaan ini mengalir yang tidak terlihat langsung. Mungkin saya memang tidak pernah bagi-bagi uang karena saya tidak pernah pegang uang begitu banyak, tetapi apakah segala hal yang pernah terjadi di Leuser itu tidak memberi manfaat kepada masyarakat? Saya rasa, itu tidak mungkin.
Apa agenda penting Anda dan Leuser di tahun ini dan tahun-tahun mendatang?
Kadang kita berpikir bahwa dalam setahun, dua tahun, tiga tahun ke depan, kita bisa menyelesaikan semua masalah lalu kita move on. Kenyataannnya tidak demikian. Orang-orang yang bekerja dan mengabdi di Kawasan Ekosistem Leuser sudah melakukannya selama puluhan tahun. Kolega saya, Bang Rudi Putra dan Bang Badrul Irfan pernah berperan untuk perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser sejak tahun 90-an. Mereka masih terus berperan sampai sekarang.
Kalau ditanya, “Apa prioritas kita dalam beberapa tahun ke depan?” Tentu salah satu hal yang amat sangat penting adalah mendorong penataan ruang yang lebih baik di Kawasan Ekosistem Leuser. Mendorong supaya ada ekonomi lestari yang lebih adil kepada masyarakat di Kawasan Ekosistem Leuser.
Selama ini begitu banyak perizinan diberikan kepada berbagai perusahaan yang kemudian menyulap lahan menjadi area perkebunan monocultural, tetapi di saat yang bersamaan masyarakat juga kehilangan akses terhadap lahan-lahan yang baik. Sering kali masyarakat harus dihadapkan pada kenyataan mereka berkebun di pingir hutan, berkebun di area koridor gajah dan seringkali kebunnya terkena dampak antara konflik satwa dan manusia.
Penataan ruang yang lebih baik untuk Kawasan Ekosistem Leuser itu amat sangat penting dan proses pembangunan yang lebih adil dan lestari kedepannya.
Anda sosok inspiratif TIME100 Next 2022, Apa yang ingin Anda sampaikan kepada Pendengar?
Sebenarnya satu hal yang ingin sekali saya sampaikan untuk pendengar Antero atau semuanya yang kebetulan sedang mendengarkan siaran ini. Saya ingin mengajak untuk berkenalan dengan Kawasan Ekosistem Leuser. Kita mempunyai area yang amat sangat luar biasa, amat sangat indah, dan amat sangat banyak potensi. Mari bersama-sama kita jaga Kawasan Ekosistem Leuser.
Mungkin banyak dari teman-teman yang merasa, “Wah, untuk menjaga Kawasan Ekosistem Leuser itu harus menjadi aktivis, atau harus menjadi birokrat, atau harus menjadi politisi.” Sebenarnya, tidak. Begitu banyak peran yang penting untuk dimainkan oleh anak muda di perkotaan yang mungkin belum pernah datang ke Kawasan Ekosistem Leuser.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser, banyak dari kita yang mendapatkan manfaat dari jasa lingkungan yang diberikan oleh Leuser, tetapi kita belum cukup memberi untuk perlindungan lanskap tersebut. (Lia Dali)