Meskipun di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada umumnya dan Aceh pada khususnya sejak 2019 silam, namun tidak menyurutkan semangat anak-anak Aceh untuk tetap belajar dan meraih prestasi.
Hal itu setidaknya seperti yang dilakukan oleh lima pelajar SMA Negeri 7 Banda Aceh pada akhir November 2021 lalu. Mereka berhasil menorehkan prestasi di level internasional di tengah kondisi jadwal belajar yang tidak menentu.
Kebijkan pemerintah untuk mentiadakan belajar tatap muka demi mencegah penularan virus Covid-19 tentu menyulitkan bagi sebagian siswa untuk bisa belajar secara sempurna, namun berkat bimbingan guru-guru yang hebat, kreatif dan inovatif dalam menyusun pembelajaran, akhirnya prestasi pun tetap mampu diukir oleh pelajar-pelajar dari SMA yang dinahkodai Dr. Erlawana, S.Pd, M.Pd ini.
Mereka berhasil menorehkan prestasi cemerlang di tingkat internasional dengan meraih medali emas pada ajang Indonesia Inventors Day 2021 International Young Inventors Award (IYIA) yang digelar oleh Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) sejak 26 hingga 29 November 2021 di Denpasar, Bali.
INNOPA merupakan lembaga nonprofit (NGO) yang hadir untuk menaungi dan mengakomodir innovator Indonesia untuk dapat bersaing di tingkat internasional.
Tergabung sebagai anggota penuh International Federation of Inventors’ Associations (IFIA), INNOPA juga turut serta membantu dalam memperkenalkan inovasi karya anak bangsa Indonesia ke tingkat dunia.
Peserta yang ikut berpartisipasi pada kegiatan itu berasal dari 15 negara, seperti : Arab Saudi, Tiongkok, Vietnam, Jordania, Hongkong, Singapore, Malaysia, dan berbagai negara lainnya.
Adapun para siswa SMA Negeri 7 Banda Aceh yang berhasil mengharumkan nama Aceh itu masing-masing, Zahratul Dwi Safrina sebagai ketua tim dengan anggota yaitu Raza Muda Angkasa, Muhammad Nouval Devina, Aisyah Jihan Amanda, dan Letizia Rossa Fauzi.
Memanfaatkan Aplikasi Belajar
Zahratul Dwi Safrina mengakui telah lama bersama teman-temannya mempersiapkan diri untuk mengikuti perlombaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Diakui Zahratul, penenatapan Banda Aceh sebagai zona merah Covid-19 berdampak pada proses belajar tatap muka di sekolah, namun Zahratul Dwi Bersama teman-temannya berusaha belajar dari media-media berlajar di internet seperti aplikasi quipper school yang disediakan oleh sekolah.
“Selain itu kami juga belajar dari aplikasi brainly dan aplikasi lain yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan, karena kita tau selama ini belajar di sekolah tidak full, karena kondisi pandemic covid-19,” ujarnya.
Hal yang sama disampaikan rekan Zahratul lainnya, Raza Muda Angkasa. Menurut Raza meskipun sekolah tidak normal, mereka tetap belajar di rumah baik itu pelajaran yang diberikan oleh guru maupun materi-materi dari internet.
“Kami tetap belajar di rumah, mengulang-ngulang Kembali materi dari guru di sekolah dan belajar dari aplikasi belajar yang ada di internet,” tambah Raza.
Saat mengikuti perlombaan, para pelajar tersebut didampingi dua guru pembimbing yaitu Jusmarita, S Pd, M Pd, dan Novris Sariani, S Pd. Mereka berlomba pada kategori farmasi dan kesehatan (International Innovation Competition Qualification Wintek Pharmacy and Health Category).
Karya kreatif tersebut berjudul “Paper Soap as an Anti-Bacterial Against Escherichia Coli from Kitchen Lemongrass Waste (Cymbopogon Citratus)” atau Sabun Kertas Sebagai Antibakteri Terhadap Escherichia Coli Dari Limbah Sereh Dapur.
Kepala Bidang SMA dan PKLK, Hamdani, S.Pd, M.Pd mengapresiasi prestasi yang diraih siswa SMA Negeri 7 Banda Aceh di tingkat internasional. Ia berharap semakin banyak prestasi yang dipersembahkan pelajar Aceh kedepan dengan terus meningkatkan semangat belajar.
“Harapan kami inovator-inovator muda ini tidak berhenti di sini dan diharapkan ke depan dapat melahirkan ide-ide yang bermanfaat bagi masyarakat Aceh, bangsa Indonesia bahkan dunia,” ujarnya.
Menurut Hamdani, keberhasilan para siswa Aceh meraih medali emas di ajang Indonesia Inventors Day 2021 telah membuktikan bahwa pendidikan Aceh telah mampu bersaing di level internasional.
“Selamat buat guru pembimbing dan siswa-siswi kami, serta ucapan terimakasih kepada cabang dinas, kepala sekolah, pengawas, komite serta semua pihak yang ikut serta menyukseskan penelitian ini. Semoga prestasi ini lebih memacu siswa dalam belajar untuk mempersiapkan diri menuju era Society 5.0,” harap Hamdani.
Dengan adanya prestasi ini diharapkan dapat mendorong semangat belajar siswa-siswi di Aceh sehingga dapat bersaing di level internasional.
Di tempat terpisah Kepala Dinas Pendidikan Aceh Alhudri kepada para siswa mengaku cukup bangga atas prestasi yang berhasil diraih di event internasional tersebut, apalagi prestasi tersebut dipersembahkan di tengah kondisi belajar yang belum begitu normal akibat pandemi Covid-19.
Dengan prestasi ini kata Alhudri telah membuka mata dunia bahwa anak Aceh itu bisa bersaing di kancah internasional, dan ini patut disyukuri dan diapresiasi.
“Kami atas nama Pemerintah Aceh, Bapak Gubernur Aceh, dan kita dari jajaran Dinas Pendidikan Aceh mengucapkaan apresiasi yang luar biasa adik-adik dan ibu pendamping. Ini sangat luar biasa, kami bangga,” kata Alhudri.
Alhudri menuturkan, anak-anak Aceh adalah petarung bukan penakut, dan anak-anak Aceh juga merupakan orang-orang yang pinter, hanya terkadang cara asahnya saja belum semuanya mendapatkan titik temu yang cocok.
Untuk diketahui, bahwa Indonesia Inventors Day (IID) adalah kompetisi tingkat internasional bagi para peneliti lokal, nasional dan internasional untuk mempresentasikan hasil penemuannya.
Adapun fokus dalam ajang ini adalah pameran dan kompetisi. Para peserta dapat membawa produk akhir, sampel, prototipe atau mock-up untuk dipresentasikan di Indonesia Inventors Day. Iqbal