Ketua TP PKK Aceh Dyah Erti Idawati, meresmikan beroperasinya Rumah Garam Aceh, di Dusun Kandang Gampong Pande Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, Jumat (27/08/2021).
Dalam sambutannya, wanita yang juga dosen Teknik Arsitektur Unsyiah itu mengajak masyarakat untuk menggunakan dan mempromosikan garam hasil produksi Rumah Garam Aceh.
“Mudah-mudahan kehadiran Rumah Garam Aceh ini bermanfaat bagi para petani dan kita semua. Kami mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk turut menggunakan dan mempromosikan garam Aceh yang diproduksi di sini. Karena hal ini sejalan dengan semangat Gubernur Aceh untuk mendukung bangkitnya UMKM di Bumi Serambi Mekah,” ujar Dyah Erti.
Menurut Dyah Erti, sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 1.865 km, maka potensi garam nusantara sangatlah besar. Namun pada kenyataannya, potensi itu belum dapat dieksploitasi secara maksimal untuk pemberdayaan ekonomi rakyat, sementara pasar untuk garam malah tak tercukupi kebutuhan. Buktinya, tahun ini saja Pemerintah telah menetapkan kuota impor garam sebanyak 3 juta ton.
“Sudah saatnya paradigma ini kita ubah. Kita perlu bergerak bersama untuk mengoptimalkan potensi garam Aceh agar bisa menjadi ladang usaha yang menguntungkan petani. Dengan demikian Aceh bisa menjadi kawasan penghasil garam yang potensial untuk kebutuhan nasional,” kata Dyah Erti.
Oleh karena itu, Dyah Erti mengapresiasi inisiasi Rumah Aspirasi UKM dan IKM Aceh serta dukungan dari PT PLN Unit Induk Pembangunan Wilayah Sumbagut, yang telah mendirikan Rumah Garam Aceh di Gampong Pande.
“Kehadiran Rumah Garam ini tentu sangat menguntungkan petani, sebab di rumah ini, sistem pengolahan garam akan ditata lebih sehat dan lebih higienis. Petani yang terlibat juga mendapat pelatihan khusus hingga memiliki kualifikasi sebagai pengelola usaha garam yang terampil,” ujar Dyah Erti.
Dyah Erti meyakini, keberadaan Rumah Garam ini berperan besar meningkatkan kesejahteraan keluarga petani garam di wilayah ini. Dyah juga mengajak PT PLN untuk mendirikan juga Rumah Garam di sentra-sentra penghasil garam di wilayah barat dan timur Aceh.
“Insya Allah, kami pun siap bekerjasama dengan para pihak untuk memberdayakan petani garam di wilayah ini agar dapat bekerja lebih maksimal. Tentu kami juga berharap, langkah PT PLN yang memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) ini, menjadi contoh bagi perusahaan lainnya. Sebab masih banyak petani garam di wilayah Aceh lainnya yang membutuhkan pembinaan, seperti petani garam di Pidie, Aceh Timur dan juga di kawasan pantai barat Aceh,” sambung Dyah.
Sementara itu, Asisten Manager Komunikasi dan CSR PT PLN UIP Sumbagut Effiaty Polapa, dalam sambutannya juga mengajak semua pihak untuk mendukung keberadaan Rumah Garam Aceh ini.
“Kami berharap apa yang kami lakukan ini mampu membantu membangkitkan perekonomian masyarakat, dan kami mohon dukungan para pemangku kebijakan di Aceh serta seluruh masyarakat untuk mencintai produk lokal dengan membeli garam beryodium hasil dari para petani di Rumoh Garam Aceh ini,” ujar Effi.
Muhammad Hatta, salah seorang petani garam yang dibina oleh PT PLN dan dilatih oleh Rumah Aspirasi UKM dan IKM Aceh menjelaskan, hasil pengolahan garam si Rumah Garam Aceh telah membantu perekonomian keluarganya.
Sedangkan Ketua Rumah Aspirasi UKM dan IKM Aceh T Tansri Jauhari menjelaskan, selama ini lembaganya telah membina dan melatih para petani garam di Gampong Pande. “Pelatihan yang kami lakukan adalah pelatihan bersertifikasi. Dengan sertifikasi ini, masyarakat bukan hanya bisa memproduksi garam beryodium tetapi juga resmi karena telah tersertifikasi,” ujar Tansri.
Peresmian Rumah Garam Aceh ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita oleh Dyah Erti Idawati. Kegiatan yang berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat juga dihadiri oleh masyarakat sekitar.