Partai Aceh secara resmi memberhentikan Muharuddin dari keanggotaan Partai. Hal itu diputuskan sehubungan dengan penunjukan Muharuddin sebagai ketua DPW Perindo Aceh.
Keputusan pemberhentian mantan ketua DPR Aceh itu dilakukan berdasarkan rapat pimpinan Partai Aceh pada Minggu malam (25/07/2021).
“Partai Aceh memutuskan untuk mengeluarkan saudara muharuddin dari kepengurusan Partai Aceh, selain itu Partai Aceh juga menyatakan bahwa untuk kedepannya saudara Muharuddin tidak lagi berhak mengatasnamakan Partai Aceh dalam segala sikap dan pendapatnya,” ujar Nurzahri, Juru bicara Partai Aceh, Senin (26/07/2021).
Nurzahri mengakui sebelum menerima jabatan sebagai ketua DPW Perindo Aceh, Muharuddin telah menghadap dan berbicara dengan ketua Umum Partai Aceh Muzakir Manaf (Mualem) serta Sekjen Partai Aceh Kamaruddin (Abu Razak) tentang rencananya untuk berkarir dalam kancah Nasional. Namun demikian diakui Nurzahri, baik Mualem maupun Abu Razak tidak mengetahui partai politik apa yang akan menjadi pilihan Muharuddin.
Partai Aceh kata Nurzahri, menyayangkan sikap Muharuddin, mengingat yang bersangkutan adalah kader terbaik partai, bahkan pernah dipercaya sebagai ketua DPR Aceh.
“Namun Kedua pimpinan Partai Aceh pada prinsipnya memahami langkah yang diambil oleh saudara Muharuddin walau di satu sisi sangat menyayangkan rencana politik yang diambil tersebut, karena pimpinan partai Aceh menganggap bahwa saudara Muharuddin adalah salah satu kader terbaik Partai Aceh dan bahkan pernah dipercayakan oleh Partai Aceh untuk menduduki jabatan strategis di pemerintahan yaitu Ketua DPR Aceh pada periode 2014-2018,” lanjutnya lagi.
Untuk kedepannya, Partai Aceh berharap agar Muharuddin mendapatkan kesuksesan di jalur politiknya yang baru sembari mengucapkan terima kasih atas sumbangsih dan peran selama menjadi pengurus Partai Aceh.
Partai Aceh juga menyampaikan bahwa sikap dan langkah politik yang diambil oleh Muharuddin bukanlah karena ada permasalahan di dalam kepengurusan Partai Aceh atau karena kekecewaan yang bersangkutan kepada Partai Aceh, akan tetapi murni karena pilihan politiknya yang ingin berkarir di kancah nasional.
“Partai Aceh berharap agar publik dapat memahaminya dan dapat berasumsi dengan benar atas peristiwa ini.sebagai partai moderen dan terbuka, Partai Aceh akan tetap menghargai sikap-sikap personal dari kader-kader yang ingin maju dan berkembang dengan jalur pilhannya masing-masing serta tidak akan pernah menghalangi pilihan-pilihan tersebut dan partai Aceh akan terus mendidik serta mencetak kader-kader terbaik yang akan bermanfaat baik bagi Aceh secara khusus maupun nasional secara umumnya,” tutup Nurzahri.