Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh dan Dinas Pendidikan Dayah Aceh (DPDA) membahas peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dayah di Aceh. Hal ini dibahas dalam pertemuan antara pimpinan dua lembaga tersebut di aula Kanwil Kemenag Aceh, Senin (31/05/2021).
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh Dr H Iqbal SAg MAg mengatakan, Kementerian Agama juga telah mencanangkan program kemandirian pondok pesantren sehingga lembaga pendidikan keagamaan tersebut dapat berdiri sendiri meskipun tanpa bantuan dari pemerintah.
“Pak Menteri sangat giat melalukannya dan saat ini masih berlangsung seperti pondok pesantren di pulau Jawa mereka sudah sangat mandiri. Artinya operasional yang dibutuhkan dayah mereka sudah bisa mewujudkan sendiri termasuk gaji guru mereka tidak lagi tergantung dari pemerintah,” katanya.
Selain itu, Iqbal menjelaskan, sebagai wujud pengakuan pemerintah terhadap pondok pesantren, pemerintah juga telah melahirkan program mu’adalah (penyetaraan) pondok pesantren di Indonesia dengan tingkat pendidikan madrasah aliyah.
“Dengan lahirnya program mu’adalah ini sehingga ijazah santri bisa digunakan untuk mendaftarkan sebagai pegawai atau lainnya atau keperluan lembaga tertentu yang membutuhkan tenaga alumni dayah,” katanya.
Ditambahkannya, saat ini telah lahir enam ma’had aly di Aceh. Namun, hanya Ma’had Aly Mudi Mesra Samalanga yang telah terakreditasi A.
Iqbal mengatakan, tentunya untuk mendorong peningkatan mutu dayah dan ma’had aly dibutuhkan sinergitas dengan Dinas Pendidikan Dayah Aceh yang memiliki kewenangan dalam pengembangan dayah.
“Ini sangat pantas kita berikan dukungan sehingga tujuan ini bisa berjalan dengan baik,” kata Iqbal.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh Zahrol Fajri SAg MH mengatakan, pihaknya telah mencanangkan program pengembangan vokasional bagi santri dayah, sehingga nantinya alumni dayah, selain menguasai ilmu agama juga memiliki kemampuan di bidang lainnya yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Ada satu keterampilan saat dia sudah tamat di dayah selama 10 tahun. Salah satunya yang ingin kita capai seperti perbengkelan, sehingga di dayah harus ada laboratorium atau praktik perbengkelan motor atau mobil,” ungkapnya.
Ia berharap dukungan dari Kemenag Aceh guna mendukung terwujudnya program tersebut.
“Bersilaturrahmi dalam rangka meningkatkan kualitas karena ini mitra kerja. Karena kami tidak mampu melaksanakan tanpa didukung oleh kinerja kita dalam hal ini,” kata Zahrol.