Prestasi membanggakan kembali diukir oleh putri Aceh. Kali ini dari mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) PG-PAUD Universitas Syiah Kuala (USK) yang berhasil meraih medali emas bidang healty industry pada event Moscow International Salon of Inventions and Innovation Technologies “Archimedes” Russian.
Acara ini diselenggarakan olehIndonesian Invention and Promotion Association (INNOPA) secara virtual dengan desain 3D.
Dalam karyanya ini, Cut Mirna berkolaborasi dengan Thabed Tholib Baladraf, mahasiswa jurusan Teknik Industri dari Universitas Jember, Jawa Timur. Mereka berhasil menciptakan sebuah produk teh yang dipercaya mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Inovasi ini mereka beri nama TEA JAMACI singkatan dari Jamblang, Mangosteen and Cinnamond yang merupakan nama beberapa rempah pilihan dari Aceh dan Jember yang kemudian dikombinasikan sehingga menjadi minuman yang berkhasiat untuk kesehatan.
Cut Mirna berharap inovasinya ini bisa dikembangkan menjadi produk yang bisa dikomersilkan sehingga bisa bermanfaat bagi banyak orang. Bersama Thabed, dia berencana untuk memasarkan produknya ini dengan membuka dua cabang yaitu di Aceh dan Jember, dan akan dipasarkan diberbagai platform baik online maupun offline. Namun, untuk itu dia akan mengurus sertifikat dari Badan BPOM terlebih dahulu serta mendaftarkan inovasinya ini pada Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Berikut wawancara lengkap Lia Dali dari Kantor Berita Radio Antero bersama Cut Mirna.
Penghargaan medali emas yang diraih baru-baru ini dalam bidang dan even apa?
Baik. Ini merupakan even dari INNOPA. Pertama diseleksi di Indonesia kemudian ternyata karya saya ini lolos ke Rusia. Setelah itu di Rusia, Moscow, dalam acara virtual yang dilakukan dengan 3D, tiga dimensi. Nah, di situ ada pameran. Pameran tersebut sangat membantu karya kami, membuat tercengang juri-juri Rusia dan mereka sangat senang terhadap karya kami. Unik, katanya. Jadi, mungkin karena itu mereka memberi kami medali emas. Selain itu juga ada beberapa investor yang menghubungi kami secara WhatApps. Mereka menanyakan beberapa hal tentang produk kami termasuk desainnya. Kami telah mendesain packaging-nya secara modern yaitu berbentuk teh celup, dalam teh itu ada beberapa rempah-rempah pilihan.
Bagaimana cerita terciptanya Tea Jamaci dan apa saja khasiatnya?
Teh ini sebenarnya sudah lama saya produksi untuk diminum sendiri karena memang saya keturunan diabetes. Ayah saya meninggal karena diabetes. Jadi, itu salah satu hal saya terbersit untuk menciptakan sebuah obat, ya, lebih tepatnya gitu. Ternyata dari beberapa rempah-rempah pilihan yaitu kayu manis dan juga kulit jamblang, itu sangat sempurna untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Jadi, pertama memang terinspirasi dari diri saya sendiri yang saya merupakan keturunan keluarga diabetes.
Jadi, sebelum diikutsertakan ke even ini, sudah diuji coba, sudah dikonsumsi terlebih dahulu oleh Cut Mirna dan keluarga?
Iya, benar dan sewaktu presentasi pun dengan video karena memang tidak bisa ke sana. Kalaupun ke sana itu sebenarnya bulan Mei nanti karena pandemi dimajukan untuk lombanya. Nah, di situ juga saya membuktikan dengan cara saya meminumnya sendiri. Biar yakin serta percaya bahwa memang ini yakin memang bisa, gitu.
Ada berapa lama rentang antara Cut Mirna mengkonsumsi minuman Tea Jamaci sehingga kemudian ikut even ini?
Ya, untuk evennya sendiri itu diberi jeda waktu hingga 3 minggu. Kami mengujinya di laboratorium, dibantu oleh teman saya yaitu Thabed Tholib Baladraf. Dia dari Universitas Jember dan kami berkolaborasi. Pertama saya membuat Anova penelitian dari Anova yang dulu itu. Anova yang masih sangat manual. Ternyata dia memiliki ide untuk melakukan Anova modern sehingga produk kami ini bisa benar-benar terpercaya. Kalau Anova yang manual itu masih dihitung dalam perhitungan angka sedangkan dalam Anova yang modern sifatnya kualitatif. Memang dalam hal penelitian itu kami diberi waktu 3 minggu. Sedangkan saya minum sendiri atau konsumsi sendiri, itu sebenarnya sudah lama, dari saya SMA karena memang saya suka sama wangi dan rasanya. Wanginya itu kan dari rempah kayu manis.
Mengapa dinamakan Tea Jamaci dan apa saja khasiatnya?
Ini memang pertanyaan yang sebelumnya juga ditanyakan oleh juri di Rusia. Waktu itu saya dengan Thabed Tholib Baladraf, menamakan Tea Jamaci karena memang kami membuat inovasinya itu dalam bentuk teh sehingga mudah untuk dicelup dan juga bisa tahan 2 hari, misalnya sudah dicelup hari ini, terus digantung atau ditempatkan di tempat yang layak kemudian besoknya dicelupkan lagi. Itu bisa, masih bisa, masih berkhasiat. Kemudian mengapa namanya Jamaci? Karena Jamblang, Mangosteen and Cinnamond. Jadi, dari situ sih namanya, dari kumpulan kata-kata itu.
Uji klinis apa saja yang sudah dilakukan?
Ya, untuk uji klinis memang sudah pernah dilakukan di laboratorium oleh Thabed juga, dilakukan di laboratorium Teknik Industri karena dia memang dari jurusan Teknik Industri.
Apa sudah mendapatkan sertifikat BPOM? Apakah sudah mendaftarkan untuk HAKI (Hak Kekayaan Intelektual)?
Nah, itu. Saya memang sangat berkeinginan sekali ada hak cipta hasil produk ini serta terjual diberbagai platform baik untuk online maupun offline. Saya berinisitif sekali ke depannya ini produk bisa dikomersilkan karena memang sudah ada beberapa yang memang ingin mencoba dan ingin membelinya sejak saya diberitakan oleh Universitas Syiah Kuala. Nah, saya berinisiatif ke depannya semoga produk ini bisa diperjualbelikan. Untuk sementara ini saya tidak membuka untuk diperjualbelikan dulu.
Anda belum berniat untuk diperjualbelikan, secara komersil?
Saya ingin ke depannya bisa diperjualbelikan, tetapi saya urus hak cipta terlebih dulu.
Sejauh ini apakah banyak investor yang berminat dan sudah ada kontak serta serius untuk berinvestasi?
Secara spesifiknya belum ada, tetapi memang ada beberapa yang menanyakannya. Kalau untuk investasi belum ada.
Apa rencana bisnis produk ini? Apakah akan ditawarkan ke investor atau akan diproduksi sendiri?
Rencananya memang ditawarkan ke investor juga sekaligus produksi sendiri, tetapi dalam hal saya masih mahasiswa dan itu juga membutuhkan beberapa langkah lagi untuk kita bisa produksi sendiri. Apalagi kalau misalnya sudah ada investor, itu sudah lebih bagus, ya. Kalau ke depannya itu, kalau memang benar-benar bisa dikomersilkan, langsung dibuka dua cabang, di Aceh dan di Jember karena teman saya itu di Jember. Banyak juga dosen-dosen dari universitas dia yang ingin mencobanya serta ingin membelinya. Dari sana juga ada beberapa yang sudah menanyakan kapan diproduksi? Ya, jadi kami ingin kalau misalnya nanti ke depannya di Aceh dan Jember.
Saat ini masih kuliah di FKIP PG-PAUD Universitas Syiah Kuala, apakah setelah tamat berminat menjadi wirausaha?
Iya, kemarin itu sempat rasanya hal yang sangat membuat saya itu risih sebenarnya karena sebuah pertanyaan. Ada pertanyaan, “Kenapa sih? Kan jurusan PAUD? Jurusan PG-PAUD? Kenapa tiba-tiba sudah industri?” Nah, itu sebenarnya begini. Kalau misalnya kita punya bakat, punya minat, itu tidak sama atau tidak harus mengembangnya harus sesuai jurusan. Jurusan itu adalah untuk kita akan seperti apa? Akademiknya seperti apa? Bukan berarti minat dan bakat kita terganggu. Bukan berarti minat dan bakat kita tidak bisa kita kembangkan.
Saya juga ingin menjadi wirausaha. Bisa juga menjadi dosen PAUD atau mengajar di PAUD serta ingin membuat TK sendiri atau PAUD sendiri. Seiring berjalannya wirausaha dan memiliki PAUD sendiri, mungkin bisa dikoborasikan dengan orang tua si murid nantinya, mungkin, ya, untuk teh ini, gitu. Jadi, tidak menutup kemungkinan jika seandainya saya lulus nanti, saya mau kemana. Saya akan menempatkan diri saya seperti apa ke depannya karena sudah memilih sebuah jurusan. Memang banyak teman-teman bilang, “Kenapa sih jurusan PAUD, kok tiba-tiba lari gitu? Kan lari dari jurusan?” Nah, bukan lari dari jurusan, tetapi minat dan bakat kita itu tidak ditentukan oleh jurusan kita.
Dengan prestasi ini apakah akan menjadi motivasi untuk mengembangkan produk yang lain?
Sebenarnya bukan hanya produk yang saya kembangkan untuk saat ini. Di tahun ini juga saya menargetkan diri saya ini bisa berwirausaha sebenarnya. Bisa ada bisnis sendiri tentunya. Sebelumnya sewaktu SMA, saya telah menciptakan sebuah alat filterisasi air dan itu banyak juga media yang meliputnya. Setelah itu, alhamdulillah ditahun ini saya berhasil menciptakan sebuah produk yaitu Tea Jamaci. Saya juga punya target ditahun ini, saya mampu mendirikan Bimbel Eye-Level Banda Aceh dan itu saya sudah bekerjasama dengan PT. Daekyo yaitu cabang dari Korea daninsyaallahtahun ini saya menargetkannya berdiri di Banda Aceh.
Adakah hal yang ingin disampaikan untuk menjadi inspirasi bagi anak muda lainnya?
Kita sebagai mahasiswa bukan hanya kuliah pulang, tetapi ambillah atau galilah sebuah soft skill yang ada pada diri dan jadilah ahli. Yakinlah dalam diri kita itu ada sesuatu yang memang soft skill itu harus diasah, harus dicoba, digali. Jangan menunggu waktu lulus kuliah, tetapi mulailah dari sekarang. Mulailah gali dari sekarang sehingga saat lulus kuliah nanti kita sudah tahu kemana tujuan kita. (Lia Dali)