Gubernur Aceh Nova Iriansyah, meminta Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil baik di provinsi mau pun di seluruh kabupaten dan kota di Aceh, untuk bekerja maksimal agar perekaman data kependudukan bisa lebih baik.
“Mohon kerja keras Kepala Dinas Dukcapil seluruh Aceh. Buat inovasi-inovasi baru agar seluruh masyarakat tercatat data kependudukannya,” kata Nova, saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Kependudukan dan Pencatatan Sipil se Aceh Tahun 2021, di Banda Aceh, Kamis, (25/03/2021).
Nova mengatakan, kelengkapan data kependudukan menjadi suatu keniscayaan. Di mana, dalam segala hal data kependudukan menjadi sangat penting, termasuk dalam kondisi pandemi seperti saat ini.
Dalam kondisi pandemi, data kependudukan penting demi keberlanjutan hidup, termasuk dalam hal perekonomian. Di mana, keabsahan data kependudukan penting sebagai alat bantu validasi data untuk penyaluran bantuan sehingga tepat sasaran dan tidak tumpang tindih.
“Data kependudukan yang baik akan mencegah terjadinya tumpang tindih dan mencegah kegaduhan,” kata Nova seraya menambahkan, untuk itu data kependudukan harus valid, akuntabel dan update, agar menjembatani semua kebutuhan.
Nova menyebutkan, Dinas Dukcapil harus mendorong masyarakat agar mau mengurus dokumen administrasi kependudukan. Apalagi menurut Nova masih banyak masyarakat yang belum merekam KTP elektronik, membuat Kartu Identitas Anak (KIA) dan membuat akte kelahiran.
“Harus ada inovasi agar ada akselerasi sehingga kekurangan angka bisa tercapai,” kata Nova.
Apa yang dikatakan Nova, atas dasar data-data yang dipaparkan oleh Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Prof Zudan Arif Fakrulloh. Zudan membandingkan data kependudukan provinsi Aceh yang masyarakatnya berjumlah 5,3 juta jiwa dengan Kabupaten Bogor yang punya penduduk 5,1 jiwa.
Perekaman KTP elektronik di Aceh masih berada di angka 96,80 persen. Sementara Bogor mencapai 99,88 persen. Sementara KIA di Aceh masih 480 ribu atau 27,83 persen, sedikit lebih tinggi dari Bogor yang mencapai 302 ribu anak atau 25,45 persen. Untuk akta kelahiran, Kabupaten Bogor mencatat angka 1,3 jiwa atau 81,22 persen dan provinsi Aceh berada di angka 1,6 juta jiwa dengan kisaran 88,10 persen.
“Kabupaten Bogor rajin jemput bola. Mereka kerja sama dengan sekolah, dan mensosialisasikan di Car Free Day. Teman-teman di Aceh bisa cari cara juga agar partisipasi masyarakat bisa meningkat,” kata Profesor Zudan.
Meski demikian, Gubernur menyadari bahwa kondisi geografi Aceh memang agak sulit. Di mana jarak tempuh dari rumah ke kantor kantor kependudukan juga berbeda. Belum lagi dengan informasi dan pengetahuan terbatas, pengetahuan dan partisipasi masyarakat yang rendah.
Karena itu Gubernur Nova menyebutkan, langkah-langkah Bogor tersebut bisa ditiru, sehingga komparasi yang sangat ekstrim antara Bogor dan Aceh itu dapat dikejar.
“Bapak (Kadis Dukcapil) dituntut bekerja keras dan kinerja bapak sangat mudah mengukurnya. Peningkatan kinerja kalian semua itu bisa dilihat dengan angka-angka,” kata Nova.
Berapa kota di Aceh yang punya catatan administrasi kependudukan yang baik adalah Kota Banda Aceh dan Kota Sabang. Karena itu, kabupaten/kota lain diharapkan bisa belajar dari dua kotamadya tersebut.
“Saling sharing dan tukar menukar pengalaman dengan Banda Aceh dan Sabang dulu. Kalau memang tidak banyak yang didapat, baru kita undang Dukcapil Bogor atau kita ke sana,” kata Nova.