Sebagai perbankan syariah milik daerah yang pertama lahir di Indonesia, Bank Aceh diharapkan dapat menghadirkan sistem perbankan syariah terbaik di tanah air. Karena itu, peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi komponen penting untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT, saat membuka rapat kerja PT. Bank Aceh Syariah Triwulan IV Tahun 2020, di Hotel Parkside Gayo Petro Takengon, Kamis, (11/3/2021).
Rapat tersebut juga diikuti oleh Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar. Adapun peserta rapat antara lain, terdiri dari unsur dewan pengawas, komisaris, direksi, pemimpin divisi dan pemimpin cabang Bank Aceh Syariah.
“Sebagai Gubernur dan juga PSP (Pemegang Saham Pengendali) saya tentu ingin Bank Aceh Syariah menjadi yang terbaik, terutama di rumahnya sendiri, di negerinya sendiri. Prestasi ini harus kita tunjukkan dalam kinerja maupun pelayanan, karena itu harus ada perhatian lebih terhadap pengembangan SDM,”kata Nova Iriansyah.
Nova menilai, pengembangan SDM harus menjadi salah satu program penting Bank Aceh Syariah. Peranan suatu bank sangat ditentukan oleh peranan aparaturnya. Bahkan kinerja mereka menjadi ukuran bagi masyarakat dalam menilai seberapa baik pelayanan Bank Aceh.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur mengapresiasi laporan keuangan Bank Aceh Syariah tahun 2020 yang menunjukkan perkembangan positif. Ia berharap perkembangan tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk menuju ke arah yang lebih baik lagi.
“Masyarakat tentu meminta lebih, kadang-kadang mereka ingin yang lebih kasat mata. Apalagi saat ini juga sudah hadir bank syariah lainnya di Aceh, tentu ini menjadi pembanding bagi nasabah. Karena itu, sebagai bank milik masyarakat Aceh kita harus bisa memberikan pelayanan yang sejajar dengan perbankan Syariah lainnya,”kata Nova.
Menurut Gubernur, membangun kolaborasi dengan perbankan syariah lainnya dapat menjadi salah satu cara untuk mewujudkan kesetaraan dalam memberikan pelayanan bagi nasabah.
Agar dapat berdiri sejajar dan bersaing dengan perbankan lainnya, kata Nova, Bank Aceh Syariah juga harus mampu beradaptasi dengan perkembangan ekonomi digital yang terjadi saat ini. Ia pun mengapresiasi peluncuran aplikasi mobile banking beberapa waktu lalu sebagai produk baru Bank Aceh Syariah dalam memberikan kemudahan pelayanan.
“Oleh sebab itu, kepada jajaran pengurus, direksi, dan seluruh keluarga besar Bank Aceh saya berharap tidak bosan-bosannya mengupdate kualitas layanan, menyetarakan fitur-fitur yang sarat teknologi dan mengevaluasi produk-produknya,”ujar Nova.
Senada dengan Gubernur, Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, juga mendukung agar layanan Bank Aceh Syariah dapat terus meningkat sehingga nasabah dapat merasakan pelayanan terbaik. Peningkatan layanan tersebut harus diiringi dengan memaksimalkan kinerja pegawainya.
Sebagai salah satu pemegang saham, ia juga siap mendukung penambahan permodalan bagi Bank Aceh. “Bank Aceh harus bisa bersaing dengan perbankan lainnya di Aceh, baik syariah maupun konvensional, kami sebagai pemegang saham hanya berkewajiban menambahkan penyertaan modal agar Bank Aceh sejajar dengan perbankan lainnya,”ujar Shabela.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Aceh Syariah, Haizir Sulaiman melaporkan, selama pandemi melanda sepanjang tahun 2020 pertumbuhan perekonomian mengalami kemunduran, termasuk pertumbuhan keuangan perbankan. Namun demikian, berkat kinerja dan dukungan semua pihak pertumbuhan keuangan Bank Aceh Syariah tahun lalu tetap berada pada jalur positif meskipun tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2020 yang disampaikan Haizir, aset yang dimiliki Bank Aceh Syariah tumbuh 1,43 persen dari Rp25, 1 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 25,5 triliun pada tahun 2020. Begitupun dengan dana pihak ketiga (DPK), juga mengalami pertumbuhan sebesar 3,10 persen, dari Rp 20,9 triliun menjadi Rp21,5 triliun.
“Pembiayaan yang diberikan Bank Aceh Syariah juga tumbuh 6,38 persen. Dan yang menurun adalah laba yaitu kita menurun sebanyak 23,04 persen, hal ini tidak terlepas dari dampak Covid-19,”kata Haizir.
Haizir menyatakan, selama tahun 2020 dan 2021, Bank Aceh Syariah akan memperkuat diri pada tiga hal, yaitu, modal, daya saing, bisnis dan digitalisasi serta peningkatkan kapasitas SDM.
Untuk penguatan modal, kata Haizir, berdasarkan amanat POJK untuk bank umum sampai tahun 2024 harus memiliki modal minimum Rp 3 triliun. Sementara modal Bank Aceh saat ini masih Rp2,1triliun. Artinya, ada kekurangan modal sekitar Rp 800 miliar lebih.
Untuk menutupi kekurangan tersebut Pemerintah Aceh memberikan penambahan modal sebanyak Rp200 miliar.
“Kami akan terus berupaya agar modal Bank Aceh mencapai Rp3 triliun,”kata dia.
Selanjutnya, dalam hal penguatan daya saing, bisnis, dan digitalisasi, pihaknya terus menghadirkan berbagai produk layanan yang memudahkan dan menguntungkan nasabah. Seperti meningkatkan pembiayaan produktif kepada UMKM maupun pembiayaan konsumtif.
Di bidang digitalisasi, tambah Haizir, Bank Aceh Syariah telah meluncurkan mobile banking sebagai produk transaksi digital guna memudahkan masyarakat dan alhamdulillah respon dari masyarakat cukup positif terhadap layanan mobile banking Bank Aceh.
“Mudah-mudahan bisa kita pertahankan dan pada 2021 ini kita akan mengembangkan fitur-fitur di mobile banking,”ujar Haizir.
Sementara untuk penguatan di bidang SDM, pihaknya Bank Aceh telah mengembangkan dan menerapkan sistem Human Resource Information System (HRIS). Sistem tersebut diterapkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang terintegrasi dengan teknologi digital.
Acara tersebut berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.