Gubernur Aceh Ajak Relawan Covid-19 Bangun Koordinasi Hingga ke Pelosok Desa

Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengajak para relawan satgas Covid-19 untuk membangun koordinasi dan solidaritas hingga ke pelosok desa guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Aceh.

Hal itu disampaikan Nova saat membuka pelatihan relawan Satgas Covid-19 Aceh di Hotel Kyriad, Banda Aceh, Selasa (8/12). Pelatihan itu digelar Satgas Penanganan Covid-19 pusat yang berada di bawah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Saya berharap, pelatihan relawan hari ini, harus mampu membangun koordinasi dan solidaritas yang lebih baik untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, juga menjadi bekal ilmu dalam penanganan berbagai bencana alam lainnya di Aceh,” ujar Nova dalam sambutannya di hadapan para relawan.

Nova menyebutkan, kerja-kerja kerelawanan tak boleh berhenti, karena baik pandemi maupun bencana alam masih terjadi di Aceh. Bahkan saat ini, lanjut Nova, beberapa wilayah Aceh sedang mengalami bencana banjir.

Para relawan yang dilatih, kata Nova, harus mampu mengajak seluruh masyarakat menjadi relawan, minimal selalu patuh pada protokol kesehatan dengan membiasakan hidup sehat dimulai dari diri sendiri, dan keluarga masing-masing, serta lingkungan sekitar.

Pada kesempatan itu Nova juga menjelaskan bahwa tiga hari lalu atau pada 5 Desember 2020, seluruh dunia baru saja memperingati Hari Relawan atau Volunteer Day International.

Tahun ini, sebagaimana diamanatkan oleh Sekjen PBB, Antonio Guterres, peringatan Hari Relawan mengangkat tema ‘Bersama Kita Bisa Melalui Sukarela’. Salah satu fokusnya adalah bagaimana seluruh negara menggerakkan para relawan untuk proaktif mengambil peran dalam penanganan Covid-19 di wilayah masing-masing.

Karena itu, Nova berharap, kegiatan pelatihan relawan tersebut menjadi bagian dari peringatan Hari Relawan Sedunia di Aceh.

“Semangat berbuat tanpa pamrih, harus kita tunjukkan untuk sama-sama melawan Covid-19 yang masih melanda negeri kita.”

Nova mengatakan, kerelawanan bukan hal baru di Aceh, perilaku itu telah mengakar sejak dahulu kala, bahkan menjadi sebuah kearifan lokal. Salah satunya dikenal dengan Meuseuraya atau Gotong-royong.

Hal itu terlihat ketika peristiwa Tsunami 26 Desember 2004 meluluh-lantakkan Aceh. Di hari-hari pertama bencana, kata Nova, seluruh warga Aceh di wilayah tak terdampak segera bergerak membantu mereka yang menjadi korban. Sampai selanjutnya, seluruh relawan di Indonesia dan dunia bergerak membantu rehabilitasi dan rekontruksi Aceh.

Semangat kerelawanan masyarakat saat itu, kata Nova, banyak meninggalkan kisah-kisah yang kemudian menjadi pemicu kepedulian sosial dalam bencana-bencana alam maupun non-alam selanjutnya.

“Termasuk dalam masa pandemi Covid-19 saat ini. Kita tahu bagaimana masyarakat dan para relawan telah ambil bagian dalam penanganan Covid-19 untuk membantu pemerintah. Misalnya, melakukan sosialisasi, menegur warga untuk patuh protokol kesehatan, sampai memberikan makanan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat yang menjalani isolasi mandiri.”

Nova juga menjelaskan, pandemi Covid-19 telah merongrong setiap sendi kehidupan masyarakat. Covid-19 telah memaksa sejumlah aktivitas di berbagai sektor lumpuh. Sekolah ditutup, kantor-kantor memberlakukan sistem shift, sebagian perusahaan tutup, ekonomi masyarakat terpuruk, dan sejumlah dampak lainnya muncul.

Untuk mengatasi situasi buruk itu, kata Nova, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Aceh terus melahirkan berbagai kebijakan untuk melawan Covid-19 sejak kasus pertama ditemukan di Indonesia pada awal Maret 2020.

Nova menyebutkan, salah satu upaya memerangi Covid-19 yang dilakukan Pemerintah Aceh adalah melalui perubahan perilaku masyarakat, diantara melalui kegiatan Gerakan Masker Aceh (GEMA), Gerakan Tenaga Kesehatan Cegah Covid (GENCAR), dan yang baru saja berlangsung pada 2 Desember kemarin adalah Gerakan Masker Sekolah (GEMAS).

“Semua upaya tersebut dilakukan untuk membiasakan masyarakat menerapkan protokol kesehatan pada setiap kesempatan, sehingga diharapkan dapat terhindar dari Covid-19,” katanya.

Kegiatan pelatihan relawan Satgas Covid-19 itu dihadiri Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Eny Supartini, unsur Forkopimda Aceh, Kepala Pelaksana BPBA dan Kepala SKPA terkait. Selain itu juga hadir Kepala BPBD Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Forum PRB Aceh, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Para Liaison Officer, Fasilitator, dan organisasi relawan di Aceh.

Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Eny Supartini, dalam sambutannya mengapresiasi berbagai langkah penanganan Covid-19 yang telah dilakukan Pemerintah Aceh.

Salah satunya, kata Eny, adalah program terbaru Pemerintah Aceh yaitu gerakan masker untuk anak sekolah. “Ini adalah kerja-kerja yang luar biasa,” kata Eny.

Eny juga menjelaskan, pelatihan relawan Satgas Covid-19 di Aceh akan berlangsung selama lima hari ke depan. Pelatihan melibatkan 1.000 warga Aceh yang merupakan perwakilan dari tujuh instansi, 13 organisasi kemasyarakatan, 14 kecamatan, dan perwakilan 90 desa/gampong di Provinsi Aceh.

Pelatihan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang sebelumnya telah dilakukan di sejumlah provinsi lain. Materi yang disampaikan kepada para relawan diantaranya terkait Adaptasi Kebiasaan Baru, Kerelawanan dan InaRisk, Berkomunikasi Efektif di Masa Pandemi, serta Isu Lokal.

Kegiatan pelatihan itu dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di mana para peserta diwajibkan menggunakan masker. Bahkan sebelum berlangsungnya acara para peserta terlebih dahulu diuji rapid test.

#satgascovid19#ingatpesanibu#ingatpesanibupakaimasker#ingatpesanibujagajarak#ingatpesanibucucitangan#pakaimasker#jagajarak#jagajarakhindarikerumunan#cucitangan*#cucitangandengansabun

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads