Akademisi UIN Ar-Raniry Dukung Bireuen Jadi Kota Santri

Rabithah Thaliban Aceh (RTA) mendukung penetapan Kabupaten Bireuen sebagai kota Santri di Aceh. Sebab, Bireuen adalah salah satu Kabupaten yang memiliki dayah yang cukup strategis, menonjol dan bersejarah.

Hal tersebut disampaikan Teuku Zulkhairi, Ketua I Rabithah Thaliban Aceh (RTA) yang juga akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh.

Menurut Zulkhairi, Aceh sebagai daerah yang paling awal menerima Islam di nusantara memang tidak bisa dipisahkan dari para santri yang berperan dalam berbagai tatanan kehidupan dalam sejarahnya. Para santri secara konsisten merawat tradisi pembelajaran kitab-kitab klasik (turats) yang merupakan sumber paling penting khazanah keilmuan Islam yang ditinggalkan oleh para ulama dari Timur Tengah maupun Nusantara.

“Dengan kiprah dayah dan para santrinya dalam merawat tradisi pendidikan Islam yang bersumberkan kitab-kitab turast atau klasik ini, maka Islam di Aceh senantiasa hidup dan bergairah sehingga sampai saat ini Islam menjadi kekuatan yang sangat dominan di Aceh, “ ujar Zulkhairi.

Sebab, tambah Zulkhairi, setelah lulus atau keluar dari dayah, para santri ini akan menjadi cendekiawan muslim di tengah-tengah masyarakatnya masing-masing yang tampi bersama masyarakatnya menghadapi berbagai persoalan keagamaan, keAcehan dan kebangsaan.

Zulkhairi melanjutkan, para santri yang terjun ke masyarakat ini kemudian mendidik masyarakat untuk dapat memahami dasar-dasar agama Islam sehingga pada faktanya kita menyaksikan hingga saat ini masyarakat Aceh masih menjadi masyarakat yang sangat mencintai dan mengamalkan ajaran Islam.

“ Coba kita perhatikan di desa-desa itu bagaimana keuletan para santri mengajari masyarakat belajar Alquran, belajar ilmu akidah, fiqh dan tasawuf. Tentulah ini merupakan kontribusi besar para santri dalam memperkuat eksistensi agama Islam di Aceh, “ kata Zulhairi menambahkan.

Menurut Zulkhairi yang merupakan alumni Dayah Babussalam Matangkuli Aceh Utara ini, setelah penetapan Bireuen sebagai kota santri, maka ke depan perlu perhatian ekstra agar Bireuen ini betul-betul menjadi kabupaten yang Islami. Kabupaten yang bersih dari narkoba. Kabupaten yang konsisten menyukseskan agenda-agenda penegakan Syari’at Islam.

Artinya, kata Zulkhairi, Bireuen ini harus menjadi pilot project kabupaten Islami di Aceh. Islami dalam berbagai tatanan kehidupan, baik pendidikan, politik, sosial budaya dan sebagainya sehingga Bireuen sebagai sebuah kabupaten dapat dipandang cocok disebut sebagai kota santri yang memiliki ciri khas Islami.

“JIka Bireuen berhasil menjadi pilot project kota santri, maka kita berharap wilayah lainnya di Aceh nanti juga akan belajar ke Bireuen tentang bagaimana mewujudkan kota yang Islami, “ pungkas Zulkhairi.

Sebagaimana diketahui, dalam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) ke 6 di Kabupaten Bireuen, Plt. Gubernur Aceh yang diwakili oleh Bupati Bireuen Muzakkar A.Gani menetapkan secara resmi Bireuen sebagai kota santri. Selain itu acara ini juga dihadiri oleh jajaran Kanwil Kemenag Aceh dan berbagai undangan lainnnya.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads