Untuk mengawali pembangunan Aceh setelah 15 tahun perjanjian damai dengan pemerintah pusat, kalangan ulama, akademisi dan aktivis di Aceh sepakat untuk membuat forum bersama untuk mengawali pembangunan Aceh agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan dan harapan masyarakat luas.
Kesepakatan untuk dibuatkannya forum ini diputuskan dalam saat penyelenggaraan webinar memperingati 15 tahun Damai Aceh beberapa hari lalu dengan tema “Apakah Aceh Sudah Dibangun dengan Semestinya?”.
Hadir dalam webinar ini sebagai pembicara yaitu Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh), Prof. Yusny Saby, MA, Ph.D (Guru Besar UIN Ar-Raniry), Mukhlis Mukhtar, SH (Aktivis Senior).
Selain itu, acara yang dimoderatori oleh Dr. Teuku Zulkhairi (Ketua 1 Rabithah Thaliban Aceh) ini ikut diramaikan oleh sejumlah aktivis dan sejumlah kalangan lainnya dan turut disiarkan langsung di halaman Fanspage Facebook Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang memiliki puluhan ribu pengikut.
Seusai masing-masing pembicara menyampaikan ulasannya menyikapi keadaan Aceh pasca 15 tahun perjanjian damai, seorang aktivis kebudayaan Aceh Thayeb Loh Angen memberikan masukan agar dibuatnya forum komunikasi ulama, akademisi dan aktivis untuk mengawali pembangunan Aceh. Selain itu forum ini juga untuk mempererat silaturrahmi antara kalangan ulama, akademisi dan aktivis di Aceh.
“Saya sangat sepakati dibuatnya forum ini. Kita harapkan kepada yang muda-muda untuk menyiapkan teknis forum komunikasi ini, “ ujar Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab selaku ketua HUDA, Minggu, (15 Agustus 2020).
Selain itu, ide ini juga disambut sangat antusias oleh Prof. Yusny Saby dan Mukhlis Mukhtar dan berharap dapat dibuatkan forum semacam ini sehingga dapat saling bertukar pandangan antara kalangan akademisi, ulama dan aktivis mengenai pembangunan Aceh.
Sebelumnya, Mukhlis Mukhtar dalam webinar ini menyampaikan bahwa poin-poin damai Aceh harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak.
“Setelah 15 damai Aceh, saya lihat kedua belah pihak relatif kurang melaksanakan poin-poin damai Aceh, “ ujar Mukhlis Mukhtar.