Wabah Covid-19 di Aceh kian meningkat sehingga mengakibatkan lonjakan kasus positif terus bertambah dari hari ke hari.
Oleh karena itu, setiap Rumah Sakit Daerah baik itu milik pemerintah maupun swasta di seluruh Aceh harus bersiapsiaga dengan menyiapkan fasilitas dasar dan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk penanganan pasien Covid-19.
Hal itu di sampaikan Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Aceh, Dyah Erti Idawati, saat membuka Web Seminar Kesiapsiagaan Rumah Sakit Menghadapi Pasien Covid-19, Banda Aceh, Rabu (5/8/2020).
“Kondisi saat ini sudah sangat memperihatinkan, untuk Aceh saja perhari ini sudah mencapai 440 kasus positif dengan 17 kasus yang meninggal. Dengan kondisi krisis seperti ini sudah menjadi kewajiban bersama untuk menyiapakan diri menghadapi pandemi,” kata Dyah dalam seminar virtual tersebut.
Dyah mengatakan, banyak hal yang harus disiapkan untuk menghadapi pandemi Covid-19, mulai fasilitas dasar, sumber daya manusia (SDM) seperti dokter dan perawat, petugas laboratorium, dan tenaga pendukung lainnya, sehingga penanganan Covid-19 bisa cepat dilakukan di daerah.
Hal itu dilakukan untuk mengurangi beban kerja atau penanganan di Rumah Sakit Provinsi. Seperti kasus pasien positif Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) tidak perlu dirujuk ke rumah sakit provinsi hanya perlu diisolasi karena tidak membutuhkan perawatan intensif.
“Saya mengajak Bapak dan Ibu yang terlibat dalam proses penanganan Covid-19 di Aceh agar bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Hal ini sangatlah penting karena jika tingkat kesiapan rumah sakit daerah, ketersediaan fasilitas, dan pengetahuan tenaga kesehatan yang berbedabeda terhadap protokol kesehatan Covid-19 dapat membawa risiko pada keselamatan pasien,” kata Dyah.
Selain itu, Dyah juga meminta agar setiap rumah sakit dapat memperketat prosedur penanganan pasien Covid-19 agar paramedis dan pekerja rumah sakit tidak tertular virus tersebut.
“Karena banyak paramedis dan pekerja rumah sakit kita sudah tertular. Mari kita saling bekerjasama untuk mencegah penularan virus ini, dan kita tunjukkan bahwa di tengah keterbatasan ini kita mampu bekerja lebih optimal dari biasanya,” ujarnya.
Dyah juga kembali mengingtakan kepada seluruh petugas kesehatan untuk terus melakukan sosialisasi dan edukasi dengan memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua orang terhadap ancaman Covid-19. Sosialisasi dan edukasi bisa dilakukan secara langsung maupun dalam bentuk penggunaan berbagai media informasi.
“Mari kita mengajak masyarakat agar tidak meremehkan virus ini dan senantiasa menerapkan protokol kesehatan di mana pun berada,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Azharuddin, menjelaskan untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 di Aceh Pemerintah Aceh melalui RSUZA sudah melakukan upaya maksimal dengan meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan untuk pasien Covid-19.
Ia menyebutkan, dalam rangka kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemi Covid-19 RSUZA sudah menyediakan ruang tambahan ruangan untuk pasien Covid-19. “Kita siap rawat pasien Covid-19 tidak,” ujarnya.
Ia mengatakan, dalam melawan pandemi Covid-19 harus bertahan dan menyerang tanpa menyerah dan tidak boleh menyepelekan virus yang menyerang saluran pernafasan manusia tersebut.
“8 dari 10 warga Indonesia khususnya Aceh masih belum percaya dengan Covid-19, jadi ini menjadi tantang besar juga bagi kita untuk terus ingatkan kepada masyarakat bahwa virus itu nyata adanya,” kata Azharuddin.