Awal tahun 2020 bumi kita meradang, dikarenakan munculnya tamu yang meresakan seluruh dunia dan membawa dampak yang sangat merugikan bagi eksistensi manusia, munculnya si virus kecil tak kasat mata bernama corona virus (COVID 19) sebagai virus baru yang mengakibatkan pandemi di seluruh belahan bumi.
Virus ini diketahui pertama kali muncul di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan. Dilaporkan kemudian bahwa banyak pasien yang menderita virus ini dan ternyata terkait dengan pasar hewan dan makanan laut tersebut. Orang pertama yang jatuh sakit akibat virus ini juga diketahui merupakan para pedagang di pasar itu, hingga sekarang semakin meluas keseluruh pelosok bumi kita tercinta.
Peningkatan kasus positif corona virus , dikutip dari data Worldmeter hingga Sabtu (25/4/2020) total pasien yang positif corona virus diseluruh dunia mencapai angka 2.826.035 orang. Dari data 196.931orang meninggal dunia dan pasien yang sembuh mencapai 779.877 orang. Indonesia sendiri semenjak ditetapkannya Lockdown hingga sekarang menempati posisi ke-36 kasus dengan jumlah 8.467 orang diantaranya 689 meninggal dan 1.002 orang. Dan sejak pemerintah indonesia memberlakukan Lockdown, Pada pertengahan Maret lalu, sebanyak 126 warga negara asing ditolak masuk ke Indonesia, karena memiliki riwayat perjalanan ke kawasan yang menjadi episentrum virus corona di China, Italia, Iran dan Korea Selatan, dalam jangka waktu 14 hari.
Pemerintah di seluruh negara juga memberi himbauan kepada masyarakatnya agar menghindari tempat ramai dan mengurangi kegiatan diluar rumah. Di Aceh sendiri, walaupun bukan merupakan Red zone pernah menerapkan jam malam dengan menutup tempat keramaian selama beberapa hari sebelum keputusan tersebut dicabut karena dianggap mematikan ekonomi masyarakat.
WHO menetapkan virus corona sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret lalu, dan pemerintah Indonesia membentuk gugus tugas penanganan Covid-19 pada tanggal 13 Maret. Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan Selasa (14/04) dalam satu bulan setelah gugus tugas ini dibentuk pihaknya antara lain “terus meningkatkan kemampuan laboratorium yang semula tiga unit menjadi 12 unit, selanjutnya menjadi 25 unit menuju ke 62 unit dan diharapkan sampai ada 78 unit lab tersebar di seluruh tanah air.”
WHO bekerja sama dengan Nursing Now dan Dewan Perawat Internasional menerbitkan sebuah laporan yang menggarisbawahi peran penting para perawat. “Perawat adalah tulang punggung semua sistem kesehatan,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan. Apalagi, saat ini banyak perawat berada di garis depan dalam pertempuran melawan COVID-19. Dia juga menambahkan bahwa sangat penting bagi perawat untuk “mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjaga dunia tetap sehat.” Kurangnya jumlah perawat telah mengakibatkan kelelahan bagi perawat yang saat ini terus bertugas. Di sisi lain, Mary Watkins, yang ikut mengetuai laporan untuk Nurse Now, menyerukan perlunya tes virus untuk petugas kesehatan.
Catton mengatakan bahwa 23 perawat telah meninggal di Italia sementara sekitar 100 petugas kesehatan telah meninggal di seluruh dunia. Sementara itu dia mengatakan, ada laporan bahwa sembilan persen pekerja kesehatan terinfeksi di Italia dan tingkat infeksi bisa berada diangka 14 persen. Sementara masker medis harus diproritaskan bagi petugas medis yang berada di garis depan. Di fasilitas perawatan kesehatan, WHO terus merekomendasikan penggunaan masker medis, respirator, dan peralatan perlindungan pribadi lainnya untuk petugas kesehatan.
Pahlawan-pahlawan tersebut ada yang merenggang nyama demi mempertahankan keselamatan pasien yang positif terkena dampak corona virus. Dan sangat tersiksa dengan keadaan ini, ditambah lagi mereka harus berjarak dari keluarga tercinta karena tidak ingin orang tersayang mereka terkena dampak pandemi ini. Dikarenakan keterbatasan tersebut baik tenaga medis dan juga alat medis yang tidak memumpuni di hampir seluruh dunia, muncul lah seruan baru dari berbagai kalangan di seluruh dunia dengan istilah “Stay at home“ atau “ Work From Home” sebagai solusi untuk memutus rantai pandemi agar mengurangi perluasan dan penyebaran virus yang terjadi di bumi kita ini.
Disinilah kita sebagai manusia dituntut menggunakan hati nurani menekan ego yang ada dalam diri kita untuk kemaslahatan umat manusia. Dunia beramai-ramai mengkampanyekan di berbagai media, dengan berada dirumah kita juga bisa produktif, dan bahkan dengan berada dirumah kita bisa membantu mengurangi kesulitan yang di alami tenaga medis yang berjuang dengan keringat dan air mata dalam menanggulagi pasien disetiap rumah sakit yang ada diseluruh dunia Mereka berperang dengan nyawa taruhannya dan kita dirumah berperang sebagai pengawal untuk mereka yang berjuang di sana, walaupun terkadang masih ada yang tidak mengindahkan masalah corona virus ini dan memilih acuh mempertahankan ego-nya tanpa memikirkan dampak terburuk yang bukan saja hanya dia yang mengalami namun orang terdekat bahkan orang dilingkungan-nya.
Untuk itu marilah kita bangkitkan kesadaran dalam diri kita dan jadilah garda terdepan untuk dunia dalam memelawan corona virus , jaga kesehatan dengan aktifitas yang bermanfaat dirumah, habiskan waktu sebaik mungkin dengan keluarga.
(Penulis : Fidiah Amnitami, Mahasiswi Psikologi UIN Ar-Raniry)