Dhira Narayana dari Lingkar Ganja Nusantara (LGN) menyakini tanaman ganja dapat menjadi solusi untuk memberantas kemiskinan yang menjerat Aceh.
“Menurut saya ganja untuk memberantas kemiskinan bisa, kalau masyarakat petani dilibatkan langsung dalam prosesnya,” kata Dhira kepada jurnalis usai diskusi di Kamp Biawak, Limpok, Kota Banda Aceh, Aceh, Jumat (31/1) sore.
Diskusi bertema “Potensi industri ganja Aceh sebagai strategi pengentasan kemiskinan” itu turut dihadiri Prof. Musri Musman, peneliti ganja dan ahli Kimia Bahan Alam dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), serta pemerhati ganja Teungku Jamaica. Ratusan mahasiswa dan warga tampak antusias mengikuti sesi diskusi tersebut.
Dhira menambahkan, seandainya ganja sudah menjadi komoditas ekspor, maka masyarakat atau petani harus dilibatkan langsung dan tidak dijadikan budak-budak pertanian.
Menurut Dhira, yang bakal diekspor dari tanaman ganja adalah hasil akhir atau produk yang sudah jadi. Mengekspor ganja dengan melibatkan masyarakat, maka dijamin bakal membuat Aceh kaya.
“Yang kita ekspor adalah hasil akhir, produk yang sudah jadi. Bukan produk mentah. Dan itu harus langsung melibatkan masyarakat. Itu kami jamin bisa memberantas kemiskinan di Aceh,” tutur dia.
Sebelumnya, ahli Kimia Bahan Alam dari Universitas Syiah Kuala Aceh, Profesor Musri Musman, mengatakan seandainya ganja dijadikan komoditas ekspor, maka pemerintah tidak perlu lagi mensubsidi penduduk Aceh. Menurutnya warga Aceh dapat membiayai diri sendiri dengan hasil ekspor ganja.
“Mereka dapat membiayai diri dan justru menyumbang ke daerah-daerah lain,” kata Musri.
Menurut Musri, dari segi pasar, kebutuhan ganja saat ini sangat besar. Ini menjadi peluang bagi Aceh, apalagi ditambah potensi tanaman ganja Aceh yang memiliki kandungan minyak atau cannabidiol oil (CBD) yang tidak terdapat pada ganja yang tumbuh di daerah lain.
“Peluang itu diperoleh karena minyak yang dihasilkan itu tidak dapat dihasilkan dari wilayah lain, yaitu kandungan CBD itu. Dengan demikian kita memiliki kompetitif yang tidak bisa dipenuhi negara lain,” tutur dia.
Polemik soal melegalkan ekspor ganja mencuat akhir-akhir ini, setelah salah satu Anggota DPR Komisi VI DPR RI, Rafli Kande, mengusulkan agar ganja menjadi komoditas ekspor. Sebab, dia menilai ganja cukup menjanjikan bagi perdagangan Indonesia. Usulan itu disampaikannya anggota DPR asal Aceh itu, dalam rapat kerja dengan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.
Ketua Fraksi PKS, Jazuli Juwaini mengatakan pernyataan Rafli tidak mewakili suara PKS.
“Pak Rafli, sebagai pribadi anggota DPR, namun tidak mewakili sikap PKS,” kata Jazuli dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/1).(Kumparan)