Cepatnya persebaran virus corona baru 2019-nCoV dari Wuhan di awal tahun ini rupanya telah diprediksi seorang ilmuwan. Simulasi pandemi global telah menunjukkan potensi persebaran virus corona.
Virus corona juga bertanggung jawab terhadap wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) di China awal tahun 2000-an. Sekitar 8.000 orang tertular dengan korban meninggal 774 orang.
“Saya sudah pikirkan sejak lama bahwa virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi baru adalah virus corona,” kata Eric Toner, ilmuwan dari Johns Hopkins Center for Health Security, dikutip dari Bussinessinsider, Minggu (26/1/2020).
Wabah yang terjadi di Wuhan memang belum disebut pandemik, tetapi virus corona baru telah menyebar ke berbagai negara. Ratusan orang tertular dengan korban meninggal sudah mencapai puluhan nyawa.
Simulasi tentang virus corona yang dilakukan Toner menunjukkan bahwa dalam 6 pekan, hampir semua negara di dunia akan punya kasus penularan. Dalam 18 bulan, 65 juta orang bisa meninggal karenanya.
Toner melakukan simulasi dengan virus fiktif yang dinamakan CAPS. Analisis yang merupakan bagian dari kolaborasi dengan World Economic Forum dan Bill and Mellinda Gates Foundation tersebut mengamati apa yang terjadi bila pandemi bermula dari peternakan babi di Brazil. Mirip seperti virus corona nCoV dari Wuhan yang diperkirakan berasal dari pasar hewan.
Virus fiktif dalam simulasi Toner disebutkan resisten atau kebal terhadap vaksin modern. Lebih mematikan dari SARS, tetapi menular semudah virus flu.
Dalam simulasi CAPS, ilmuwan diasumsikan gagal mengembangkan vaksin untuk menghentikan pandemi. Asumsi ini dianggap realistis karena virus corona yang ada saat ini seperti SARS dan MERS hingga kini belum ada vaksinnya.
“Jika kita bisa melakukannya, bisa menciptakan vaksin dalam hitungan bulan dan bukan tahun apalagi dekade, itu akan mengubah permainan,” kata Toner. detik