Tengku Awwaluz Zikri, putra Aceh yang sukses menyelesaikan pendidikan sarjana, pascasarjana dan doktoral di Universitas al-Azhar Mesir, dengan status cumloude. Ia mengaku sangat ingin mengabdi di tanah airnya.
“Setelah lebih kurang 20 tahun mengecap ilmu di Al Azhar tentu keinginan terbesar adalah mentransfer ilmu-ilmu ini kepada para hamba Allah (di Aceh) yang cinta syariatnya dan cinta Rasul-Nya,” kata Awwaluz Zikri, Sabtu 18/01.
Zikri mengaku, dirinya mendapatkan banyak tawaran mengajar di negeri Jiran Malaysia. “Keinginan untuk pulang ke tanah air tentu yang terbesar. Negeri sendiri lebih utama,” kata Abu Muaz, sapaan akrabnya.
Dr. Awwaluz Zikri, Lc, Ma, lahir di Langsa pada 13 September 1979. Ia menyelesaikan studi SMA di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Ponpes Madrasah Ulumul Quran Langsa – Aceh pada tahun 1998. Lulus dari MUQ Langsa, Zikri mendapatkan tawaran beasiswa dari Universitas Al-Azhar Mesir, beliau melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar dan memperoleh gelar Licence (S1) pada tahun 2002 dengan nilai rata-rata Jayyid Jiddan.
Pada tahun yang sama, Dr. Zikri melanjutkan program pascasarjana, S2 di Universitas Al Azhar pada Fakultas Syariah Jurusan Fikih Perbandingan Mazhab dan diselesaikan pada tahun 2010 dengan Thesis yang berjudul: “Dirasah wa Tahqiq Min Makhthuth Minah Al Ghaffar Syarh Tanwir Al Abshar lil ‘Allamah Syamsiddin At Tumurtasyi Al Hanafi (w. 1004 H)” setebal 675 halaman dengan predikat Cum-Laude.
Lalu melalui beasiswa dari LPSDM (kini BPSDM – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia) Aceh di tahun 2014, Zikri melanjutkan studi S3 di Universitas Al-Azhar, Fakultas Syariah di Jurusan yang sama dan berhasil meraih gelar Summa Cum Laude atau predikat tertinggi di Al-Azhar.
Atas nama kepala Pemerintah Aceh, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto., menyampaikan selamat kepada Awwaluz Zikri. Ia, kata Iswanto adalah generasi emas yang ilmunya sangat dibutuhkan masyarakat Aceh.
“Keinginan Awwaluz Zikri mengabdi di Aceh adalah kabar gembira dan harus kita amini bersama. Beliau aset Aceh yang sangat berharga,” kata Iswanto.
Karo Humas menegaskan, pemerintah Aceh terus memberikan dukungan bagi pelajaran Aceh yang berprestasi dan berkeinginan kuat melanjutkan studi ke berbagai jenjang pendidikan. Melalui program Aceh Carong yang dijalankan BPSDM Aceh, pemerintah akan terus menyalurkan beasiswa bagi pelajar-pelajar Aceh.
Awwaluz Zikri menyelesaikan program doktoral dengan disertasi berjudul “Metode Pemisahan Harta Haram Yang Tercampur Dengan Yang Halal Dalam Transaksi Keuangan Kontemporer.” Penelitian tersebut diakuinya terinspirasi dari Penjelasan Bab Syubhat oleh Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam magnum opus-nya, Ihya Ulumuddin.
Dalam pembukaan sidang, Dr. Zikri menegaskan bahwa mengetahui dan membersihkan harta yang halal dari yang haram merupakan kewajiban seorang muslim, khususnya di era modern yang dibanjiri berbagai jenis transaksi terlarang.
“Banyak dari transaksi keuangan modern belum pernah dikenal pasti sebelumnya, sebagian telah bercampur dengan hal-hal yang melanggar hukum Islam. Karena itu perlu ditemukan solusi untuk mendeteksi sekaligus membersihkan harta dari perkara yang haram. Riset perlu dilakukan dengan menyelami hukum transaksi keuangan Islam, serta membandingkan pendapat para ulama fikih terkait,” kata dia.
Disertasi ini menuai pujian baik dari promotor maupun tim penguji. “Karya ilmiah Awwaluz Zikri sangat istimewa ditinjau dari seluruh sisi, dimulai dari penggunaan bahasa Arab yang sangat bagus dan tepat, nukilan ayat dan hadis yang amanah, hingga penyebutan pendapat ulama secara kongkrit,” puji Profesor Dr. Mabrouk Abdul Adhiem di pembukaan sidang.
Sementara Prof. Abdul Fatah al-Barsyumi menilai di antara kelebihan Dr. Awwaluz Zikri adalah beliau mampu meneliti ratusan sumber rujukan. Tercatat sekitar 500 lebih kitab yang menemani karya ilmiah yang luar biasa ini. Jumlah tersebut tidak hanya cukup untuk menulis disertasi tapi juga cukup untuk menulis “Ensiklopedia Fikih Islam”.
Baik promotor atau tim penguji sepakat menganugerahkan gelar Doktor dengan penghargaan tertinggi “Martabah Syaraf Ula” atau Summa Cum-Laude kepada Ustadz Dr. Awwaluz Zikri, disambut pekikan takbir oleh para mahasiwa. Predikat ini merupakan pujian tertinggi atas jerih payah demi membuahkan karya ilmiah berkualitas.
Sejak belajar di MUQ Langsa hingga ke Mesir, Dr. Zikri telah menuai segudang prestasi baik di bidang akademik maupun seni. Tercatat Dr. Zikri beberapa kali meraih juara umum baik di Tsanawiyah maupun Aliyah serta meraih predikat tertinggi di Universitas Al-Azhar.
Sahabat Ustadz Abdul Somad ini berpesan agar mahasiswa Aceh di luar negeri khususnya di Mesir untuk selalu berbudi pekerti akhlakul karimah. “Sebab jika akhlak kita baik maka kita akan memiliki banyak keuntungan dan kelebihan tersendiri,” kata dia.
Selain itu, Zikri juga berpesan agar para mahasiswa Aceh untuk menghargai waktu. Keberadaan di luar negeri, kata dia, jangan sebatas fokus pada kuliah yang hanya beberapa bulan dalam hitungan tahun.
“Namun banyaklah membaca, berguru dalam majelis-majelis ilmu, bersahabat dekat dengan orang shaleh pergunakan sebaik-baiknya, sebab fokus kita dalam belajar sangat baik dati pada ketika kita tiba di tanah air,” ujar Zikri.
Tak lupa Dr. Zikri berterimakasih pada pemerintah Aceh dan sokongan beasiswa BPSDM Aceh 2014-2017 yang diakuinya sangat membantu dalam melanjutkan pendidikan Doktoral di Al Azhar. Terlebih bagi dirinya yang seorang ayah yang memiliki 3 orang anak.
“Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pemerintah yang terus memberikan perhatian dan bantuan beasiswa kepada kami. Dengan harapan agar hal positif ini terus berlanjut demi kemajuan bangsa dan Nanggroe Aceh Tanyoe nyang mulia. Karena kemajuan bangsa dengan ilmu dan akhlakul karimah,” ujar Dr. Zikri
*Kenal Al-Azhar*
Zikri menyebutkan ibundanya telah mengenalkan Al-Azhar dan Mesir sejak menempuh pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di kampung halamannya. Orang tuanya terus mengajarkan dirinya untuk mencintai Alquran dan bahasa Arab.
“Walau ibunda telah mendahului menghadap Ilahi Rabbi tapi dari beliaulah pertama saya belajar Al Quran dan bahasa Arab. Masih kelas 5 MIN saya dinasehatkan kelak agar menguasai ilmu Fiqih dan Balaghah,” kata dia.
Saat di MUQ Langsa pun, ia terus mendalami ilmu Fikih, Ushul Fiqh, Mantiq dan bahasa Arab. “Alm. Waled H. Abdullah Syihab, Alm. Abu Haji Abdul Wahab Hasan. Alm. Harun Mahmud. Ayahanda Dr. H. Sulaiman Ismail semua ini mewakili dari guru-guru saya ketika belajar di MUQ Langsa,” kata dia. Kepada mereka semua dan juga siapapun yang telah mendoakan dan merestui ilmunya dia pelajari, ia berterima kasih.